Jakarta, CNN Indonesia --
Polisi menyebut masih ada 20 korban, termasuk tersangka atau Anak Berkonflik dengan Hukum (ABH) yang menjalani perawatan buntut insiden ledakan di SMA 72 Jakarta.
"Data korban per hari ini Kamis 13 November 2025 jam 13.00 WIB sejumlah 20 pasien," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto kepada wartawan, Kamis (13/11).
Budi merinci sebanyak 13 pasien dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta. Namun, satu di antaranya kemudian dirujuk ke RSCM untuk menjalani operasi plastik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu pasien atas nama LH dirujuk ke RSCM untuk menjalani operasi bedah plastik," ucap Budi.
Kemudian untuk enam orang lainnya dirawat di RS Yarsi. Lalu, satu lainnya yakni pelaku atau ABH dirawat di RS Polri Kramat Jati.
Korban yang dirawat mulai sekolah daring
Direktur Utama RSIJ Cempaka Putih Dr Pradono Handojo menyampaikan para pasien yang dirawat di RSIJ Cempaka Putih mulai melakukan pembelajaran secara daring dari Senin (10/11).
Pradono menyebut pihak RS sudah memfasilitasi untuk melakukan pembelajaran secara daring tersebut.
"Sudah difasilitasi sebetulnya mulai hari Senin untuk bisa melakukan pembelajaran secara online," ujar Pradono di RSIJ Cempaka Putih, Kamis.
Ia menambahkan kondisi para pasien semakin membaik.
"Kondisi sih kalau secara sekilas mereka semakin semangat ya dan katanya sudah tidak sabar mau kembali sekolah," tambah Pradono
Saat ini terdapat 12 pasien yang masih dirawat di RSIJ Cempaka Putih. Pradono menyebut saat ini rumah sakit berfokus pada penanganan kondisi indra pendengaran pasien sebab hampir semua pasien memiliki trauma pada indra pendengaran.
"Fokus kami saat ini setelah hampir seminggu ya, pada penanganan kondisi penurunan indera pendengaran pada pasien."
Ia mengatakan hampir semua pasien telah dilakukan pemeriksaan audiometri untuk mendapatkan penilaian yang lebih akurat akibat ledakan.
"Hampir semua pasien telah dilakukan pemeriksaan audiometri pada kedua telinganya untuk mendapatkan penilaian yang lebih akurat akibat dampak dari trauma akustik karena ledakan," kata Pradono
Pradono mengatakan tingkat kerusakan pada gendang telinga bervariasi tergantung pada jarak dan posisi mereka saat ledakan.
Beberapa di antaranya mengalami kerusakan pada kedua gendang telinga mulai dari ringan hingga cukup parah.
"Bervariasi tergantung dari posisi mereka ya, dari sumber ledakan. Ada yang cukup parah dan itu kedua gendang telinganya sehingga mendapatkan kerusakan yang cukup parah dan sebagian ada yang sedang dan sebagian ada yang ringan."
Ia mengatakan peluang pendengaran korban masih dapat kembali normal selama tidak mengenai saraf pendengaran.
Mulai hari ini, tim dokter akan melakukan konsultasi secara pribadi kepada orang tua karena setiap anak memiliki kondisi yang berbeda.
"Normal kembali bisa, kecuali kalau seadainya syarafnya juga kena. Nah ini yang lagi akan dilakukan diskusi ya secara individual karena setiap anak kan mempunyai kondisi yang berbeda. Jadi tim dokter kami mulai hari ini akan memulai konsultasi secara one-on-one kepada pihak ibu atau pihak ayah," katanya.
Pradono berharap dalam waktu dekat pasien sudah bisa kembali pulang dan pendengarannya segara pulih.
"Jadi hari ini posisinya 12 orang tinggal ya. Dan mudah-mudahan dalam beberapa hari ke depan weekend ini mereka sudah bisa kembali dengan keluarga dan nanti tentu penanganannya adalah bagaimana pemulihan indera pendengarannya agar bisa kembali pulih," ucapnya.
Sebelumnya, ledakan terjadi di SMAN 72 Jakarta Utara, Jumat (7/11) sekitar pukul 12.15 WIB, di area masjid sekolah saat kegiatan salat Jumat berlangsung.
Tidak ada korban meninggal dunia dalam insiden itu. Namun, korban luka dalam peristiwa itu tercatat ada sebanyak 96 orang.
Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana menyatakan aksi ledakan di SMA 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara bukan merupakan aksi terorisme, melainkan hanya sekadar tindakan kriminal umum.
"Tidak ditemukan adanya aktivitas terorisme yang dilakukan oleh ABH (anak berkonflik dengan hukum). Jadi murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum," kata dia dalam konferensi pers, Selasa (11/11).
(dis/nat/isn)












































