5 Alasan Aksi China Boikot Boeing Jadi Hantaman Berat Buat Ekonomi AS

2 days ago 5
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Ekonomi Amerika Serikat (AS) bakal terpukul China resmi memboikot Boeing. Setidaknya, ada lima kerugian besar yang akan dirasakan AS gara-gara langkah ini.

Keputusan China memboikot pabrikan pesawat AS itu menyusul perang tarif yang dikobarkan Presiden AS Donald Trump. Negeri Paman Sam mematok tarif 145 persen untuk semua produk China yang masuk ke negaranya, bahkan kini dinaikkan menjadi 245 persen.

Tiongkok membalas dengan memerintahkan maskapai penerbangannya untuk tak lagi menerima pengiriman pesawat jet dari Boeing. Padahal, tiga maskapai penerbangan terbesar China dijadwalkan menerima pengiriman masing-masing puluhan pesawat pada 2025 sampai 2027.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini mencakup pesanan Air China sebanyak 45 pesawat, 53 untuk China Eastern Airlines, serta 81 pesawat lainnya bagi China Southern Airlines. Saham Boeing bahkan langsung merosot 0,5 persen karena Negeri Tirai Bambu memang menjadi salah satu pasar terbesar mereka selama ini.

Berikut lima hantaman berat untuk AS usai China memboikot Boeing:

1. Kehilangan potensi pesanan 8.830 pesawat

Berdasarkan laporan CNN, China diprediksi akan membeli 8.830 pesawat buatan Boeing dalam 20 tahun ke depan. Namun, harapan tersebut harus pupus menyusul aksi boikot Tiongkok gara-gara tarif Trump.

Data ini diungkap pada laman resmi Boeing pada Agustus 2024 lalu. Ribuan pesawat itu dibutuhkan untuk ekspansi armada maupun untuk menggantikan jet lama dengan tipe pesawat yang lebih hemat bahan bakar.

Rinciannya, ada 365 pesawat regional, 6.720 single aisle, 1.575 pesawat wide body, dan 170 sisanya tipe freighter alias kargo yang berpotensi dipesan China.

2. Boeing hanya buka pabrik di AS

Boeing akan sangat rentan terhadap dampak perang tarif antara AS dengan negara mitra dagangnya, termasuk China. Terlebih, perusahaan tersebut hanya membuka pabrik di AS untuk membangun dan melayani pesanan pesawat selama ini.

Di lain sisi, keuangan Boeing sudah berdarah-darah selama enam tahun terakhir. Mereka bahkan mencatatkan kerugian operasional US$51 miliar sejak 2018, yakni tahun terakhir perusahaan mengantongi laba.

3. Ada 150 ribu karyawan warga negara AS

Boeing mengklaim selama ini telah menciptakan 1,6 juta lapangan kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan, perusahaan mempekerjakan 150 ribu karyawan yang berstatus warga negara AS.

Namun, jet Boeing yang harganya masih puluhan juta dolar AS tentu membuat para pembeli pikir ulang. Apalagi, ada tarif impor tinggi yang ditetapkan China sebagai bentuk perlawanan atas tindakan Trump.

Tarif balasan China sebesar 125 persen dipastikan membuat jet Boeing tidak lagi terjangkau bagi pelanggan di seluruh penjuru negeri itu. Bahkan, jika tidak ada aksi boikot sekalipun. Jika tidak pesanan, bagaimana nasib para pekerjanya?

4. Mayoritas pesawat Boeing dijual ke luar negeri

Pabrikasi pesawat-pesawat yang dilakukan Boeing di AS mayoritas untuk melayani permintaan ekspor. Dua pertiga dari total produksi dikirim ke luar negeri.

Ekspor pesawat sangat penting bagi Boeing. Pengiriman yang tetap berjalan ke negara pemesan semestinya membuat perusahaan mendapatkan bayaran atas jerih payah produksi.

"Perusahaan membangun pesawat terlebih dahulu dan menerima sebagian besar pembayaran setelah mengirimkan produk jadi," jelas laporan itu.

"Penghentian pengiriman ini merupakan pukulan berat bagi Boeing karena ada 55 pesawat dalam inventarisnya pada akhir 2024 yang belum dapat dikirim kepada pelanggannya, terutama di China dan India," sambungnya.

5. Boeing sumbang Rp1.338 triliun ke ekonomi AS

Eksistensi Boeing juga berdampak positif untuk ekonomi AS selama ini. Walau, aktivitas perusahaan sedang tak baik-baik saja dalam beberapa tahun terakhir.

Boeing menjadi bagian utama dari ekonomi AS dengan menyumbang US$79 miliar alias Rp1.328 triliun (asumsi kurs Rp16.818 per dolar AS).

[Gambas:Video CNN]

(skt/pta)

Read Entire Article
| | | |