CNN Indonesia
Sabtu, 24 Mei 2025 10:50 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah Amerika Serikat (AS) tengah mempertimbangkan opsi untuk menarik sekitar 4.500 tentara dari Korea Selatan (Korsel).
Rencana ini muncul sebagai bagian dari kajian ulang atas kehadiran pasukan AS di kawasan tersebut yang saat ini masih terus dibahas di lingkungan militer Washington.
Media Korea Selatan JoongAng Daily melaporkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump mulai mengkaji kembali posisi pasukan AS yang ditempatkan di pangkalan militer di Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam wacana tersebut, Trump mempertimbangkan untuk menempatkan kembali sebagian pasukan itu ke wilayah Indo-Pasifik.
Kendati demikian, rencana pemindahan tersebut masih merupakan salah satu dari beberapa gagasan yang tengah dikaji oleh perwira senior militer AS. Belum ada keputusan akhir yang diumumkan.
Wacana penarikan pasukan ini juga terjadi bersamaan dengan diskusi internal yang lebih luas mengenai fleksibilitas strategi militer AS di Semenanjung Korea.
Beberapa kalangan di Washington mendorong adanya perluasan strategi militer yang lebih dinamis bagi Pasukan Amerika Serikat di Korea Selatan (US Forces Korea/USFK).
Sebelumnya, media The Wall Street Journal memberitakan pada Kamis (22/5) salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan oleh Pentagon adalah menarik sedikitnya 4.500 tentara dari Korea Selatan dan memindahkan mereka ke wilayah lain di Indo-Pasifik, termasuk Guam.
Namun demikian, proposal tersebut belum secara resmi diajukan kepada Trump dan hingga kini masih berada dalam tahap diskusi internal di antara pejabat tinggi militer.
Sementara itu, juru bicara Pentagon menyampaikan belum ada keputusan kebijakan apa pun yang telah diumumkan terkait rencana penarikan tersebut.
"Tidak ada pengumuman kebijakan yang tengah dibuat," ujarnya menanggapi pertanyaan seputar rencana relokasi ribuan tentara AS dari Korea Selatan.
Di sisi lain, isu denuklirisasi Korea Utara tetap menjadi agenda strategis utama bagi pemerintah AS pada masa pemerintahan Trump.
(del/pta)