Apoteker Haramkan Jenis Obat ini Dikonsumsi Sebelum Naik Pesawat

3 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Saat bepergian ke luar negeri, dengan penerbangan berjam-jam, setiap orang memiliki rutinitas yang berbeda-beda. Namun, para ahli menegaskan bahwa ada hal tertentu yang sebaiknya tidak dikonsumsi saat berada di pesawat.

Menurut seorang pakar, ada "bahaya tersembunyi" terkait kebiasaan yang umum dilakukan dengan meminum salah satu jenis obat, yang ternyata dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.

Jika kamu pernah berpikir untuk mengonsumsi pil tidur sebelum penerbangan, sebaiknya pikir ulang. Para apoteker memperingatkan bahwa ini bisa menjadi salah satu hal paling berbahaya yang dilakukan pada ketinggian 35.000 kaki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi kamu yang berencana bepergian dalam waktu dekat, hindari kebiasaan minum pil tidur sebelum penerbangan karena menyimpan berbagai risiko yang mungkin tidak kamu sadari.

Ada banyak cara untuk mencoba tertidur di pesawat, tetapi menghindari pil tidur untuk membantu proses ini selalu disarankan. Sebagai gantinya, kamu bisa mencoba trik sederhana yang diklaim dapat membantu seseorang tertidur dalam hitungan menit.

"Orang-orang mengira bahwa mengonsumsi pil tidur akan membuat mereka bangun dalam kondisi segar di tempat tujuan," kata apoteker Seema Khatri dari Roseway Labs, yang memiliki ratusan pengikut di Instagram, seperti dilansir Daily Record.

"Namun, tidur yang diinduksi obat bukanlah tidur alami yang memulihkan tubuh. Di pesawat, ini justru bisa membuat Anda lebih lelah dan memperparah 'jet lag'," tambah dia.

Seema Khatri menyampaikan bahwa salah satu risiko terbesarnya adalah gangguan aliran darah.

"Saat Anda dalam kondisi sedasi, Anda cenderung kurang bergerak. Imobilitas ini dapat meningkatkan risiko trombosis vena dalam. Kabin pesawat sudah merupakan lingkungan yang membuat tubuh dehidrasi, dan obat sedatif dapat membuat darah lebih kental. Kombinasi keduanya bukanlah hal yang baik," terangnya.

Tekanan kabin juga dapat memperkuat efek pil tidur karena rendahnya kadar oksigen di ketinggian. Hal ini dapat menyebabkan rasa kantuk yang berlebihan, kebingungan, atau bahkan masalah pernapasan, menurut Seema. "Dosis yang terasa ringan di darat bisa terasa jauh lebih kuat saat Anda berada di udara," imbuhnya.

Meskipun banyak penumpang mengonsumsi pil tidur untuk "mengatasi jet lag", kenyataannya sering kali sebaliknya.

"Jika Anda mengonsumsinya pada waktu yang salah, jam biologis tubuh Anda akan semakin kacau. Alih-alih beradaptasi dengan zona waktu baru, Anda justru mendarat dalam kondisi bingung dan lelah," papar Seema.

Para pelancong lansia, orang dengan kondisi pernapasan seperti asma atau sleep apnea, serta mereka yang memiliki masalah sirkulasi darah, sebaiknya benar-benar menghindari obat sedatif di pesawat. Bahkan dosis kecil dapat berdampak lebih keras pada ketinggian dan, dalam beberapa kasus, bisa menjadi berbahaya, bukan sekadar tidak nyaman.

(wiw)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |