Jakarta, CNN Indonesia --
Maskapai Korean Air membatalkan rencana untuk mengubah konfigurasi kursi ekonomi pada 10 pesawat Boeing 777-300ER miliknya, menyusul ancaman dari pemerintah Korea Selatan (Korsel).
Keputusan ini diambil setelah maskapai menghadapi kritik keras dari konsumen dan pemerintah Korsel terkait rencananya untuk membuat kursi ekonomi lebih sempit.
Pada awal Agustus 2025, Korean Air mengumumkan rencana untuk merombak kabin 11 pesawat Boeing 777-300ER dengan investasi US$216 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perombakan ini mencakup penghapusan kabin kelas satu, pengenalan produk kelas bisnis baru, penambahan kursi premium ekonomi untuk pertama kalinya, dan konfigurasi ulang kursi ekonomi. Khusus untuk kelas ekonomi, rencananya adalah mengubah konfigurasi dari 3-3-3 menjadi 3-4-3, yang merupakan standar industri saat ini.
Meskipun pesawat 777 pertama telah selesai dikonfigurasi ulang, Korean Air kini memutuskan untuk membatalkan rencana serupa untuk sisa 10 pesawat. Alasan utama adalah kritik dari konsumen yang tidak setuju dengan kursi yang lebih sempit.
Ancaman Regulasi dan Masalah Merger
Kritik tidak hanya datang dari konsumen, tetapi juga dari pemerintah Korsel. Perlu diketahui, Korean Air baru saja menyelesaikan akuisisi terhadap maskapai Asiana, sebuah kesepakatan yang menghadapi pengawasan ketat dari regulator.
Pemerintah Korea ingin memastikan persaingan di sektor penerbangan tetap kuat meskipun salah satu dari dua maskapai layanan penuh global di negara itu telah diakuisisi.
Komisi Perdagangan Adil Korea (FTC) memperingatkan bahwa rencana untuk memperkenalkan kursi yang lebih sempit di kelas ekonomi dapat melanggar kondisi yang terikat pada merger Korean Air dengan Asiana. Kondisi ini mencakup pembatasan kenaikan tarif, pengurangan kursi, dan perubahan program frequent flyer demi melindungi kualitas layanan.
"Kami tidak hanya akan melihat dimensi kursi yang dikurangi, tetapi juga kekhawatiran yang lebih luas yang memengaruhi kesejahteraan konsumen. Jika ada pelanggaran terhadap kondisi perbaikan yang teridentifikasi, tanggapan regulasi yang kuat akan diperlukan," ujar calon Ketua FTC, Ju Biung-ghi, seperti dilansir One Mile At a Time, Minggu (14/9).
Sebagai tanggapan, Korean Air memutuskan untuk mempertahankan tata letak 3-4-3 pada satu pesawat yang telah dikonfigurasi ulang, tetapi akan mempertahankan tata letak 3-3-3 pada 10 pesawat sisanya.
Namun, pesawat-pesawat tersebut masih akan menerima perombakan kabin lainnya, termasuk penambahan kelas premium ekonomi dan bisnis baru.
Situasi ini menjadi sangat rumit bagi Korean Air. Kursi pesawat baru harus dipesan jauh-jauh hari, dan kemungkinan besar banyak kursi yang lebih sempit yang seharusnya dipasang sudah diproduksi.
Pertanyaannya adalah, apa yang akan terjadi dengan kursi-kursi tersebut? Apakah bisa digunakan di pesawat lain atau dijual kembali ke maskapai lain?
(wiw)