Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia diprediksi mencatat sekitar 65 juta kasus hipertensi berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Padahal, hipertensi jadi salah satu pemicu gagal ginjal usia muda. Benarkah demikian?
Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, tidak sedikit masyarakat yang ogah berobat karena hoaks. Mereka khawatir pengobatan bisa berdampak pada kesehatan ginjal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal, hipertensinya sendiri yang merusak ginjal mereka," ujar Nadia di Jakarta Pusat, Senin (20/6), mengutip detikhealth.
Akibatnya, baru sekitar 40-60 persen pasien hipertensi yang menjalani pengobatan rutin.
Hipertensi jadi pemicu gagal ginjal
Bukan rahasia lagi, hipertensi memang bisa jadi pemicu gagal ginjal. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol bisa merusak ginjal. Mengapa demikian?
Ginjal sendiri merupakan salah satu organ tubuh yang punya fungsi penting. Ginjal berfungsi menyaring limbah dan racun dari darah sebelum dialirkan ke seluruh tubuh. Jika ginjal terganggu, maka organ tubuh yang lain pun bisa ikut terganggu.
Sementara hipertensi merupakan kondisi saat tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik. Seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Mengutip laman American Heart Association, seiring waktu tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat memicu penyempitan arteri di dalam dan sekitar ginjal. Arteri juga jadi melemah atau mengeras.
Saat pembuluh darah itu rusak, ginjal tidak menerima oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan baik.
Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan jaringan parut pada ginjal. Hal ini dapat mengganggu kemampuan ginjal dalam menyaring darah dan mengatur cairan serta elektrolit. Hal ini mengakibatkan tekanan darah tinggi semakin sulit dikendalikan.
Faktanya, masalah pada ginjal dan tekanan darah tinggi akan saling memengaruhi satu sama lain. Hal ini bisa membuat kondisi semakin parah.
Hipertensi memang jadi pemicu gagal ginjal. Kondisi ini bisa berkembang selama bertahun-tahun. Namun, Anda dapat mengurangi risikonya dengan mengelola tekanan darah.
(asr)