CNN Indonesia
Selasa, 03 Jun 2025 17:26 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memakai ilmu ayah Prabowo Subianto, yakni Sumitro Djojohadikusumo dalam menghadapi masalah ekonomi.
Ia berkelakar dirinya adalah orang teknik yang nyasar ke sektor ekonomi. Bahkan, Purbaya blak-blakan mengaku belum pernah membaca buku karya Sumitro Djojohadikusumo.
Meski begitu, Purbaya mengklaim sudah membaca disertasi Sumitro terbitan 1943 yang diterjemahkan pada 1989. Doktor ekonomi jebolan Purdue University, AS itu mengaku selama ini hanya dijejali pemikiran kapitalisme.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya simpulkan di sini, 'Eh, ilmunya (Sumitro) enggak beda sama gua nih'. Berarti Sumitro juga ternyata monetaris," ucap Purbaya dalam Simposium Nasional Sumitronomics di JS Luwansa, Jakarta Selatan, Selasa (3/6).
"Yang mencengangkan, itu kan Indonesia belum ada. Data gimana lengkap? Dia (Sumitro) bisa keluarkan data di perbankan, likuiditas 1929-1933. Dapat data dari mana? Hebat banget risetnya. Jadi, sudah jauh di depan kita semua. Knowledge ini masih kita pakai atau saya manfaatkan ketika membantu memecahkan masalah ekonomi pada saat ini," jelasnya.
Purbaya mengajak masyarakat mempertanyakan relevansi ilmu-ilmu ayah Prabowo untuk era sekarang. Ia lalu mengingatkan orang-orang bahwa Sumitro Djojohadikusumo juga pernah menjadi Menteri Riset dan Teknologi.
Menurutnya, Pemerintah Indonesia memang harus berinvestasi di sektor riset dan teknologi. Ia mengklaim faktor tersebut yang membuat banyak negara naik kelas, seperti China, Jepang, sampai Korea Selatan.
Sementara, saat ini masih kurang investasi di sektor teknologi dan riset. Di lain sisi, Indonesia tidak mendorong transformasi ekonomi di industri untuk bergerak lebih cepat.
"Kalau menenangkan pasar, saya bilang, 'Enggak usah takut, kita tidak akan hancur'. Tapi dalam jangka panjang, kita tidak bisa bersaing di pasar global kalau tidak melakukan investasi (di sektor riset dan teknologi). Artinya apa? Tidak bisa juga bersaing di pasar domestik kalau nanti ekonominya semakin terbuka," wanti-wanti Purbaya.
"Sekarang China dibilang mendekati negara maju, makanya Amerika kebakaran jenggot. Dia (China) investasi teknologi dan industri besar-besaran," tutupnya.
(skt/sfr)