Bu Sri, Jelantah, dan Harapan Energi Hijau dari Cilacap

7 hours ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Rintik gerimis baru saja reda ketika Bu Sri sibuk memandu ibu-ibu yang sedang mengantre di teras rumah sederhana di Kelurahan Tegalreja, Cilacap, Jawa Tengah.

Dengan rambut ikalnya yang mulai memutih, perempuan 75 tahun itu tampak cekatan menata botol-botol bekas berisi minyak jelantah.

"Ayo satu-satu, sini ditimbang dulu minyaknya," ujarnya sambil tersenyum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rutinitas itu sudah menjadi bagian hidupnya sejak 2023. Setiap pekan, Bu Sri mengumpulkan minyak jelantah dari warga sekitar melalui Bank Sampah Beo Asri yang ia kelola.

Dari tangan-tangan ibu rumah tangga, terkumpul rata-rata 175 kilogram minyak jelantah setiap bulan.

Bu Sri bercerita bahwa minyak jelantah dari ibu-ibu tersebut ditukar seharga Rp5.000 per kilogram (kg). Dari Bank Sampah Bank Sampah Beo Asri, minyak jelantah kemudian dijual ke Bank Sampah Nusantara (Perbanusa) dengan harga Rp7.2000 - Rp7.300 per kg.

Bagi sebagian orang, angka itu mungkin kecil. Tapi bagi warga Tegalreja, setiap tetes jelantah kini punya nilai.

Bukan hanya rupiah, tapi tetesan jelantah itu kini menjadi harapan; perbaikan lingkungan.

"Biasanya (minyak jelantah) dibuang. Itu kan juga buat limbah lingkungan, jadinya pencemaran. Tapi kalau ini sedikit-sedikit dikumpulkan bisa jadi uang,"kata Sri.

Dari Bank Sampah Beo Asri, minyak jelantah disalurkan ke Pertamina RU IV Cilacap. Di tempat itu, jelantah kemudian diolah menjadi bahan bakar pesawat ramah lingkungan (Sustainable Aviation Fuel/SAF).

Langkah ini menjadi bukti bahwa transisi energi hijau bisa dimulai dari dapur rumah tangga.

Di balik setiap botol yang Bu Sri catat, tersimpan secercah harapan bahwa dari rumah sederhana di Cilacap, Indonesia ikut menjaga langitnya tetap biru.

"Dan jelas dengan program Pertamina pengumpulan minyak jelantah ini ternyata di wilayah lokal dibutuhkan langsung oleh Pertamina. Ini menambah semangat kita dan keuntungan kita untuk wilayah di sekitar Pertamina ini, kata," Sri.

Program ini pun mendapat respons positif dari pemerintah daerah. Camat Cilacap Selatan Basuki Priyo Nugroho menyebut program Pertamina ini bukan hanya soal energi, tapi juga soal pemberdayaan masyarakat.

"Tentunya harapan kami dengan adanya program ini, kita harapkan Pertamina untuk terus bisa melakukan pembinaan terhadap bank sampah - bank sampah yang ada, khususnya di Beo Asri," katanya.

Basuki menjelaskan saat ini Beo Asri mengumpulkan jelantah dari tiga RW. Ia berharap ke depan seluruh 80 RW dan 425 RT di Cilacap Selatan bisa ikut serta, termasuk para pelaku UMKM seperti warung Lamongan.

"Tentunya kalau ini bisa kita sosialisasikan, bisa dioptimalkan, akan bisa membantu untuk bisa penanganan masalah minyak jelantah ini," kata Basuki.

ibu ibu di cilacap tukar minyak jelantah untuk program pengembangan bioavtur pertaminaIbu-ibu di Cilacap, Jawa Tengah menukar minyak jelantah untuk program pengembangan bioavtur Pertamina. (CNN Indonesia/Feby Febrina Nadeak).

Pertamina dan Misi Energi Hijau

Melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Pertamina memang terus memperluas inovasi energi rendah karbon.

Produk Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang dihasilkan dari minyak jelantah menjadi simbol keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan energi terbarukan di sektor penerbangan.

Direktur Operasi KPI Didik Bahagia menyebut produksi SAF saat ini baru dilakukan di Refinery Unit (RU) IV Cilacap, dengan kapasitas mencapai 8.000 barel per hari.

"Alhamdulillah, tanggal 22 sampai 29 Juli kita berhasil merampungkan tugas memproduksi minyak jelantah dengan komposisi 2,5 sampai 3 persen menjadi SAF ," katanya dalam acara Jejak Berkelanjutan di Cilacap, Jawa Tengah, Agustus lalu.

Didik mengatakan SAF berbahan baku minyak jelantah telah digunakan pertama kali untuk penerbangan maskapai Pelita Air pada 20 Agustus lalu. Penerbangan itu dilakukan pada rute Jakarta-Bali.

Produk SAF berbahan baku minyak jelantah sudah memenuhi standar kualitas internasional DefStan 91-091. SAF juga telah mengantongi sertifikat Pertamina SAF juga sudah tersertifikasi oleh Renewable Energy Directive European Union (RED EU), serta International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) sesuai standar Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dari mulai pengumpulan UCO, fasilitas produksi di kilang, sampai kepada fasilitas transportasi dan distribusi SAF

Lebih lanjut, Didik mengatakan PT Kilang Pertamina Internasional akan melebarkan produksi energi ramah lingkungan ke RU II Dumai dan RU VI Balongan. Kilang ini diperkirakan bisa memproduksi SAF sebanyak 1.236.000 KL per tahun.

"Dan insyaallah ini bisa comply kebutuhan seluruh sub-domestic flight di Indonesia," katanya.

ibu ibu di cilacap tukar minyak jelantah untuk program pengembangan bioavtur pertaminaIbu-ibu di Cilacap menukar minyak jelantah untuk program pengembangan bioavtur Pertamina. (CNN Indonesia/Feby Febrina Nadeak).

Sementara itu, Komisaris Utama Pertamina Mochamad Iriawan mengatakan SAF berbahan dasar minyak jelantah yang diproduksi Pertamina berpotensi diekspor. Apalagi Indonesia menjadi yang pertama di ASEAN dalam memproduksi SAF berbahan dasar minyak jelantah.

"Kalau sudah melihat hasil daripada SAF kita, pasti negara lain akan melirik ke kita, dan tentunya harganya nanti harus bersaing dengan produk-produk yang lainnya. Yang jelas di ASEAN ini kita yang pertama," katanya.

Namun, pengembangan SAF bukan hanya langkah bisnis bagi Pertamina. Lebih dari itu, langkah ini merupakan wujud kontribusi Pertamina dalam mendukung target pemerintah Indonesia dalam Net Zero Emission (NZE).

"Perjalanan menuju net zero emission (NZE) harus kolektif dan kolaboratif, saya yakin dengan semangat kolaborasi kita bisa mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi Indonesia dan dunia," katanya.

[Gambas:Video CNN]

(agt)

Read Entire Article
| | | |