Jakarta, CNN Indonesia --
China menegaskan negara-negara anggota BRICS tak berniat meletuskan perang dagang dengan Amerika Serikat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan BRICS tidak berupaya mencari konfrontasi dengan AS menyusul pernyataan bersamanya yang membuat marah Presiden AS Donald Trump.
"Mengenai pengenaan tarif, China telah berulang kali menyatakan bahwa perang dagang dan tarif tak akan melahirkan pemenang dan proteksionisme tidak menawarkan jalan keluar," kata Mao, seperti dikutip AFP, Senin (7/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mao menegaskan BRICS "tidak terlibat dalam konfrontasi kubu" dan sikapnya "tidak ditujukan pada negara mana pun."
Ia berujar keberadaan BRICS merupakan platform penting untuk kerja sama antara pasar yang berkembang dengan negara-negara berkembang.
"BRICS menganjurkan keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama yang saling menguntungkan," ujar Mao.
Singgung kenaikan tarif impor
Sebelumnya, Trump mengamuk usai BRICS mengeluarkan pernyataan bersama yang menyinggung kenaikan tarif dagang.
Dalam pernyataannya, BRICS mengkritik kebijakan pengenaan tarif yang dinilai mengancam perdagangan global hingga menciptakan ketidakpastian dalam perekonomian internasional.
"Kami menyuarakan kekhawatiran serius terhadap meningkatnya langkah-langkah tarif dan non-tarif sepihak yang menyimpang dari perdagangan dan tidak sesuai dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)," demikian pernyataan bersama BRICS.
BRICS tidak menyebut siapa pihak yang memberlakukan kenaikan tarif tersebut. Namun, pernyataan itu kemungkinan merujuk ke Amerika Serikat, negara yang belakangan mengancam semua negara dengan kenaikan tarif dagang.
Dalam pernyataan yang sama, BRICS juga mengutuk serangan militer terhadap Iran, yang menargetkan fasilitas nuklir.
Pada 22 Juni, AS menyerang tiga situs nuklir Iran hingga seluruhnya diklaim hancur. Serangan AS itu untuk membantu Israel yang kala itu berperang dengan Teheran.
"[Kami] menyampaikan kekhawatiran serius terhadap serangan yang disengaja terhadap infrastruktur sipil dan fasilitas nuklir damai yang berada di bawah pengawasan penuh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang melanggar hukum internasional dan resolusi terkait IAEA," demikian pernyataan BRICS.
Merespons pernyataan bersama BRICS ini, Trump marah bukan main. Ia berjanji akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap negara-negara anggota BRICS.
"Negara mana pun yang berpihak pada kebijakan anti-Amerika dari BRICS akan dikenakan TARIF TAMBAHAN sebesar 10%. Tidak akan ada pengecualian untuk kebijakan ini," tulis Trump di platform media sosial miliknya, Truth Social, Minggu (6/7).
BRICS adalah forum ekonomi yang digawangi oleh Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. BRICS dibentuk untuk menyeimbangkan pengaruh negara Barat.
Anggota BRICS saat ini tercatat sebanyak 11 negara, antara lain China, Rusia, Iran, Brasil, India, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.
Indonesia telah resmi menjadi anggota BRICS sejak awal 2025, menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang bergabung dengan kelompok ini.
Jika Trump benar-benar serius dengan pernyataannya, maka Indonesia sebagai anggota baru BRICS juga akan turut terkena tarif tambahan ini.
(blq/bac)