Demonstran Paksa Masuk Istana Presiden Georgia, Gas Air Mata Ditembak

5 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Partai berkuasa berhasil memenangkan pemilu lokal, Sabtu (4/10), di tengah gelombang aksi massa yang diikuti puluhan ribu orang mendesak penyelamatan demokrasi.

Aksi massa itu bahkan mencoba memaksa masuk Istana Kepresidenan Georgia di ibu kota negara itu, Tsiblisi. Pasukan polisi penjaga demonstrasi pun sampai mengerahkan watercannon hingga gas air mata untuk membubarkan aksi massa tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Partai penguasa, Georgian Dream (GDP), dalam pemilu pada Sabtu lalu menghadapi ujian elektoral pertama sejak pemilihan parlemen yang jadi sengketa setahun lalu. GDP telah menjadi penguasa di sana sejak 2012 silam.

Peta politik di Georgia sejak setahun lalu, kacau hingga mendorong Uni Eropa  secara efektif membekukan proses aksesi negara kandidat Uni Eropa tersebut.

Dengan hampir 75 persen TPS melaporkan hasil penghitungan suara, komisi pemilihan pusat mengatakan GDP elah mengamankan mayoritas dewan kota di setiap kotamadya, dengan lebih dari 80 persen suara.

Sementara itu, sebelumnya, pihak berwenang menegaskan akan memberi tanggapan keras kepada mereka yang dianggap mendorong 'revolusi' lewat demonstrasi.

Di sisi lain, 'ancaman' dari aparat keamanan itu tampaknya tak menciutkan para demonstran.

Dengan mengibarkan bendera Georgia dan Uni Eropa, puluhan ribu orang membanjiri Alun-alun Kemerdekaan Tbilisi untuk menggelar aksi yang mereka sebut 'majelis nasional'. 

Proses pemilu di Georgia saat ini jadi sangat penting, setelah berbulan-bulan terjadi penggerebekan media independen, pembatasan terhadap masyarakat sipil, dan pemenjaraan puluhan penentang dan aktivis.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan sekitar 60 orang-di antaranya tokoh oposisi utama, jurnalis, dan aktivis-telah dipenjara selama setahun terakhir.

Amnesty International mengatakan pemilu tersebut, "Berlangsung di tengah pembalasan politik yang parah terhadap tokoh-tokoh oposisi dan masyarakat sipil."

Eks bintang opera yang juga turun ke jalan, Paata Burchuladze, dalam unjuk rasa berorasi mendesak 'kekuasaan kembali ke tangan rakyat', mencap pemerintah 'tidak sah', dan mengumumkan transisi.

"Siapa pun yang peduli dengan nasib Georgia harus turun ke jalan hari ini," ujar Natela Gvakharia, seorang demonstran berusia 77 tahun, kepada AFP. "Kami di sini untuk melindungi demokrasi kami, yang sedang dihancurkan oleh Impian Georgia

Para demonstran kemudian berbaris menuju istana presiden dan mencoba memasuki kompleks tersebut. Hal itu pun dibalas aparat keamanan dengan menembakkan gas air mata dan meriam air. Kementerian Dalam Negeri  Georgiamengatakan demonstrasi tersebut "melampaui norma yang ditetapkan oleh hukum".

Perdana Menteri Georgia, Irakli Kobakhidze, dalam sebuah pernyataan mengatakan rencana 'revolusi' pasti akan gagal. Dia pun menuduh para penyelenggara 'radikalisme' dan mengancam 'banyak orang mungkin akan dipenjara'.

(afp/kid)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |