CNN Indonesia
Minggu, 09 Nov 2025 10:10 WIB
Ilustrasi. Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa masuk AS, Sabtu (8/11). REUTERS/Bing Guan
Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa menginjakkan kaki di Amerika Serikat pada Sabtu (8/11), sehari usai Negeri Paman Sam menghapus dia dari daftar hitam terorisme.
Lawatan resmi ini merupakan kunjungan perdana Al Sharaa ke AS. Kunjungan tersebut juga jadi yang pertama bagi presiden Suriah ke Negeri Paman Sam sejak merdeka pada 1946.
Sharaa dijadwalkan akan bertemu Presiden Donald Trump di Gedung Putih pada Senin. Keduanya akan membahas berbagai kerja sama termasuk rencana pembangunan pangkalan militer AS di Damaskus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"[Rencana AS mendirikan pangkalan di Damaskus] untuk mengkoordinasikan bantuan kemanusiaan dan mengamati perkembangan antara Suriah dan Israel," kata salah satu sumber diplomatik di Suriah kepada AFP dikutip Minggu (9/11).
Sementara itu, Utusan AS untuk Suriah Tom Barrack mengatakan Sharaa "diharapkan" akan menandatangani perjanjian untuk bergabung dengan aliansi internasional yang dipimpin AS melawan kelompok teroris, terutama ISIS.
Beberapa pihak menduga kunjungan Sharaa ke AS untuk mencari bantuan dalam merekonstruksi Suriah setelah 13 tahun perang saudara.
Pakar sekaligus Direktur Program AS International Crisis Group, Michael Hanna, mengatakan kunjungan Presiden Suriah ke Gedung Putih juga merupakan bukti lebih lanjut komitmen pemerintahan Trump terhadap Suriah yang baru.
"Dan momen yang sangat simbolis bagi pemimpin baru negara itu, yang dengan demikian menandai langkah selanjutnya dalam transformasi menakjubkan dari pemimpin milisi ke negarawan global," ujar Hanna.
Kunjungan Sharaa ke AS berlangsung usai negara itu mencabut pemimpin Suriah ini dari daftar hitam teroris.
Sharaa adalah pemimpin milisi Hayat Tahrir Al Sham (HTS) yang dianggap berafiliasi dengan kelompok Al Qaeda.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Tommy Pigot mengatakan pemerintah Sharaa sudah memenuhi tuntutan termasuk berupaya menemukan warga Amerika yang hilang dan memusnahkan senjata kimia yang tersisa.
Pigot juga mengatakan pencabutan daftar tersebut akan mendorong keamanan, stabilitas regional, proses politik yang inklusif dari Suriah.
"Tindakan ini diambil sebagai pengakuan atas kemajuan yang ditunjukkan kepemimpinan Suriah setelah Bashar al-Assad dan lebih dari 50 tahun penindasan di bawah rezim Assad lengser," kata Pigott.
Sejak Sharaa berkuasa, Suriah tampak melepaskan diri dari masa lalu dan berusaha membangun citra yang moderat. Namun, kekerasan dan keamanan tetap jadi isu sorotan di sana.
(isa/mik)

















































