Ilmuwan Ungkap Jejak Manusia dalam Krisis Iklim, Faktanya Mengejutkan

5 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Para ilmuwan mengungkap fakta mengejutkan soal peran manusia yang merusak iklim. Berikut fakta-faktanya.

Dalam sebuah studi terbaru yang terbit di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences yang terbit pada Senin (16/6), para ilmuwan mengungkap jejak manusia dalam pemanasan global jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Bahkan, hal ini terjadi jauh sebelum penemuan mobil modern.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ilmuwan itu menelusuri kembali ke masa lalu dengan menggabungkan teori ilmiah, pengamatan modern, dan berbagai model komputer canggih. Hasilnya, mereka menemukan bahwa sinyal tentang perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia kemungkinan besar terjadi sejak tahun 1885, tepat sebelum kemunculan mobil bertenaga gas.

Namun, periode itu berlangsung setelah dimulainya revolusi industri yang terjadi pada sekitar tahun 1750 hingga 1850.

Para ilmuwan mulai mencatat pengamatan suhu permukaan pada pertengahan abad ke-19. Munculnya sinyal manusia yang terdeteksi dalam suhu permukaan umumnya dianggap terjadi pada awal hingga pertengahan abad ke-20, meskipun sistem iklim menunjukkan tanda-tanda perubahan pada waktu yang berbeda.

Studi ini fokus pada sinyal di stratosfer, lapisan kedua atmosfer. Sebagian besar cuaca terjadi di lapisan terendah, troposfer.

Meskipun emisi gas rumah kaca memanaskan lapisan bawah atmosfer, mereka memiliki efek sebaliknya pada stratosfer, terutama di wilayah atasnya.

Para peneliti menggunakan informasi ini untuk menganalisis model iklim dan menelusuri kembali ke masa lalu guna mencari tanda-tanda efek tersebut.

Ben Santer dan co-author Susan Solomon, mengaku terkejut dengan temuan ini dan tidak menduga bakal menemukan sinyal manusia yang begitu jelas di atmosfer atas sedini itu dalam catatan iklim.

"Ini sangat mengejutkan bagi saya bahwa kita dapat mengidentifikasi dengan keyakinan tinggi sinyal pendinginan stratosfer yang disebabkan oleh manusia dalam 25 tahun sejak dimulainya pemantauan, jika pada tahun 1860 kita memiliki kemampuan pengukuran seperti yang kita miliki hari ini," kata Santer dari Woods Hole Oceanographic Institution, melansir CNN, Senin (16/6).

Menurut para peneliti tanda-tanda perubahan iklim dapat dideteksi di atmosfer abad ke-19 setelah peningkatan konsentrasi karbon dioksida sebesar 10 parts per million (ppm) dalam 40 tahun antara 1860 dan 1899.

Sebagai perbandingan, tingkat karbon dioksida yang memicu pemanasan planet melonjak sekitar 50 ppm antara 2000 dan 2025, kata Santer.

Secara keseluruhan, kadar karbon dioksida di atmosfer telah meningkat sekitar 140 ppm sejak titik awal yang dapat dideteksi yang diidentifikasi oleh para ilmuwan.

Baik Santer maupun Solomon menekankan hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya terus memantau atmosfer secara ketat.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tersebut dapat dideteksi dengan sangat cepat," kata Gabi Hegerl dari Universitas Edinburgh, yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini.

"Hal ini menyoroti pengaruh yang kuat dari peningkatan gas rumah kaca terhadap atmosfer atas dibandingkan dengan variabilitas di sana," lanjut dia.

Andrea Steiner, ilmuwan iklim yang juga tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa studi ini menunjukkan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dapat terdeteksi lebih awal di atmosfer daripada di permukaan.

"Ini mengonfirmasi bahwa sinyal perubahan suhu atmosfer tidak hanya efektif untuk deteksi, tetapi juga sebagai indikator awal keberhasilan upaya mitigasi iklim," katanya.

(dmi/dmi)

Read Entire Article
| | | |