Jakarta, CNN Indonesia --
Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia terus melonjak sepanjang 2025. Hingga 16 Mei 2025, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat sebanyak 56.269 kasus yang tersebar di 456 kabupaten/kota di 34 provinsi, dengan 250 kematian tercatat di 123 kabupaten/kota di 24 provinsi.
Lonjakan ini memicu kekhawatiran luas mengingat tingginya beban penyakit dengue di Indonesia dari tahun ke tahun. Pada 2024 lalu, kematian akibat DBD mencapai 1.461 jiwa dari jumlah pasien sebanyak 257.455 orang. Angka ini jadi angka kematian tertinggi sejak 2016.
Dokter spesialis anak, Edi Hartoyo menegaskan bahwa Indonesia adalah negara endemik dengue dengan jumlah kasus tertinggi di Asia. Oleh karenanya sangat penting dilakukan pencegahan, terutama untuk melindungi kelompok berisiko tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pencegahan dengue sangat penting, terutama untuk melindungi kelompok berisiko tinggi, seperti anak-anak. Data Kemenkes 2021-2023 menunjukkan bahwa sekitar 73 persen kasus terjadi pada kelompok usia 5-44 tahun, dengan kematian tertinggi (49 persen) di kelompok usia 5-14 tahun," kata Edi dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (17/6).
Peningkatan kasus DBD juga bukan hanya persoalan nasional, namun juga menjadi isu serius di kawasan Asia.
Berdasarkan data 2023 hingga minggu ke-34, wilayah Asia mencatat 340.383 kasus dengue dengan 884 kematian dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,26 persen. Indonesia sendiri disebut sebagai negara dengan beban kasus tertinggi di kawasan ini.
Edi menambahkan bahwa secara global, anak-anak juga mencatat angka tertinggi untuk insiden dengue dan DALYs (Disability-Adjusted Life Years). Pada tahun 2021, Indonesia tercatat sebagai negara dengan beban DALYs tertinggi akibat dengue.
Dia pun menekankan pentingnya pendekatan pencegahan komprehensif, termasuk vaksinasi.
"Vaksin dengue kini tersedia dan dapat diakses secara mandiri oleh masyarakat. Ini menjadi langkah krusial untuk meningkatkan perlindungan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Namun, perlindungan optimal hanya bisa diperoleh bila vaksinasi dilakukan lengkap sesuai dosis yang dianjurkan," katanya.
Tidak boleh diremehkan
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jawa Barat, Anggraini Alam, mengingatkan bahwa dengue bukan penyakit yang bisa diremehkan.
"Virus dengue punya empat serotipe, sehingga seseorang bisa terinfeksi lebih dari sekali, dan infeksi kedua justru bisa lebih parah," ujarnya.
Ilustrasi. Dokter spesialis anak, Edi Hartoyo menekankan pendekatan pencegahan DBD secara komprehensif termasuk dengan vaksinasi. (Shutterstock)
Ia menggarisbawahi strategi nasional penanggulangan dengue (Stranas Dengue) yang menitikberatkan pada pengendalian vektor melalui gerakan 3M Plus dan program 1 Rumah 1 Jumantik (1R1J).
Di saat yang sama, penguatan sistem imun melalui vaksinasi juga menjadi salah satu intervensi penting.
"Target global 'Nol Kematian Akibat Dengue pada 2030' adalah cita-cita bersama yang juga diadopsi Indonesia lewat Stranas Dengue. Untuk mencapainya, kita perlu konsisten dan serius dalam upaya pengendalian," tambah Anggraini.
(tis/els)