Kena PHP, Konser Kpop di China Mendadak Batal Berturut-turut

2 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemboikotan Hallyu di China sepertinya masih berlangsung sampai sekarang meski sempat diperkirakan berakhir September ini. Hal itu terlihat dari beberapa konser Kpop yang ditunda hingga waktu tak ditentukan.

Dream Concert 2025 yang sempat menarik perhatian karena akan menjadi momen pencabutan larangan Korean Wave di China malah berujung ditunda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konser gabungan K-pop berskala besar ini, yang seharusnya digelar di China mainland untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun, ditunda hingga waktu yang belum jelas setelah gagal mendapatkan persetujuan.

Sejumlah sumber di industri hiburan pada 11 September menyampaikan kepada Asia Economy bahwa penyelenggara telah memberi tahu agensi semua artis yang berpartisipasi bahwa ditunda.

Akibatnya, konser yang semula dijadwalkan akan berlangsung pada 26 September di Sanya, Provinsi Hainan, Tiongkok, telah dibatalkan.

Tidak ada catatan persetujuan untuk Dream Concert 2025 di laman resmi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China atau Biro Pariwisata, Kebudayaan, Radio, Televisi, dan Olahraga Kota Sanya.

[Gambas:Video CNN]

Sedangkan konser-konser musisi Taiwan, seperti Jay Chou yang dijadwalkan pada periode yang sama telah disetujui.

Selain Dream Concert 2025, konser dan fancon Kep1er serta Kid Milli juga batal mendadak. Konser solo EPEX di Fuzhou juga ditunda. Hal itu memperpanjang daftar konser berskala besar grup idola Korea terus-menerus diboikot China.

Gerakan China boikot Hallyu semakin ketat setelah penerapan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) pada 2016.

Setelah konser BIGBANG pada tahun itu, pertunjukan artis Korea di China mainland secara efektif dihentikan, dan drama serta acara varietas Korea juga diblokir dari program acara.

Sejak itu, kegiatan beralih ke Hong Kong, Makau, dan Taiwan, dan agensi hiburan mempertahankan fandom lokal dengan memasukkan member China ke dalam grup mereka.

Pemerintah China tidak secara resmi mengakui keberadaan larangan Korean Wave. Pihak berwenang mempertahankan sikap bahwa "tidak pernah ada pembatasan, jadi tidak ada yang perlu dicabut."

Namun, dalam praktiknya, mereka telah membatasi kegiatan budaya pop Korea dengan membatasi izin pertunjukan dan program konten.

Pembatalan Dream Concert dipandang sebagai bagian dari tren yang sedang berlangsung ini. Para pelaku industri menunjukkan bahwa "langkah-langkah pembukaan yang substansial diperlukan."

Tanda-tanda pelonggaran sesungguhnya juga telah terlihat. Pada Agustus 2025, Administrasi Radio dan Televisi Nasional secara resmi mengumumkan rencana untuk memperluas impor dan penyiaran program luar negeri.

Kementerian Luar Negeri China juga menyatakan bahwa mereka "tetap terbuka untuk pertukaran dan kerja sama budaya."

Media Global Times yang dikelola pemerintah menggambarkan drama Korea When Life Gives You Tangerines sebagai "karya paling diakui dalam beberapa tahun terakhir."

Sedangkan South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong melaporkan acara fan signing IVE di Shanghai dan aktivitas TWICE, yang menunjukkan semakin diterimanya budaya pop Korea di China.

(chri)

Read Entire Article
| | | |