Kisah Teladan SEA Games 2025: Api Tak Kunjung Padam Eko Yuli

3 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Eko Yuli Irawan berkalung medali perunggu di podium kelas 65 kilogram angkat besi SEA Games 2025 Thailand, Minggu (14/12).

Bagi sebagian orang, perunggu mungkin terasa seperti penurunan kelas. Ini karena Eko identik dengan medali emas. Namun, bagi Eko, ini justru menjadi penanda lain.

Memang, medali perunggu di Thailand mengakhiri rentetan emas Eko di SEA Games sejak edisi 2019 di Filipina. Secara keseluruhan Eko mengoleksi tujuh emas, dua perak, dan satu perunggu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketujuh medali emas tersebut diraih lifter kelahiran Lampung ini pada SEA Games 2007 (56 kg), 2009 (62 kg), 2011 (62 kg), 2013 (62 kg), 2019 (61 kg), 2021 (61 kg), dan 2023 (62 kg).

Dalam laga di Chon Buri Sports Schools, lifter kelahiran 1989 itu membukukan total angkatan 304 kilogram. Hasil dari 138 kilogram snatchdan 166 kilogram clean and jerk.

Angka itu menempatkan Eko di posisi ketiga. Emas diraih lifter tuan rumah Patsaphong Tongsuk (307 kilogram) dan perak milik wakil Malaysia Muhamad Aznil Bidin (306 kilogram).

Selisihnya hanya dua kilogram dari perak dan empat kilogram dari emas. Jarak yang, menurut Eko, masih sangat mungkin dikejar. "Bedanya tipis," kata Eko kepada Antara.

Persaingan di kelas Eko Yuli memang tak lagi sama. Wajah-wajah muda bermunculan, sebagian lahir pada 2005, yang kala itu Eko masih remaja dan baru menapaki jalan di dunia angkat besi.

Soal usia, Eko menegaskan tak pernah terbeban. Fakta di Chonburi menjadi cerminan. Pada usia 36, Eko masih berada di tiga besar, bahkan ketika kondisinya belum sepenuhnya pulih.

Dalam setahun terakhir, fokus Eko bukan mengejar angkatan maksimal, melainkan memulihkan lutut yang sempat cedera. Program latihan pun dijalani dengan lebih hati-hati.

"Untuk angkatan sendiri masih 90 persen-an, belum maksimal, tapi kondisi lutut sudah hampir pulih, enggak ada masalah," kata Eko saat ditemui sesuai pengalungan medali.

Progres performa Eko terlihat jelas. Dari Kejuaraan Asia hingga Kejuaraan Dunia di Norwegia, total angkatannya merangkak naik. Dari sebelumnya 300 kilogram, kini 304 kilogram di SEA Games 2025.

Selepas SEA Games, pandangan Eko mengarah ke Asian Games 2026 Aichi-Nagoya. Ia tidak ingin sekadar tampil. Ia ingin mengukur apakah dirinya masih pantas berada di lingkaran elite Asia.

Lifter-lifter kuat China, Korea Selatan, hingga Korea Utara, menanti. Persaingan akan jauh lebih keras. Eko sadar betul akan hal itu. Namun, tak terbersit rasa gentar di hatinya.

"Kita lihat nanti persaingan di situ. Kalau masih mampu masuk lima besar, ya kita coba ke kualifikasi Olimpiade," katanya dengan sangat percaya diri. Tak ada sedikitpun keraguan.

Soal peluang tampil di Olimpiade 2028 Los Angeles, Eko memilih bersikap realistis. Ia paham seleksi tidak mengenal kompromi. Jika memang kalah bersaing, Eko siap mundur.

Eko ingin tampil untuk kelima kalinya di pesta olahraga terbesar dunia,setelah sebelumnya berlaga di Beijing 2008, London 2012, Rio de Janeiro 2016, dan Tokyo 2020.

Dari empat edisi itu, ia menyumbang dua perunggu (Beijing dan London) serta dua perak (Rio dan Tokyo) untuk Indonesia. Hanya medali emas yang belum diraih Eko.

"Kalau memang ada pengganti, kualitasnya harus jelas. Dari dulu saya mendidik, junior harus ngalahin senior dulu. Kalau saya dikalahkan, saya akan mundur sendiri," katanya.

Seperti atlet-atlet besar dunia yang menolak tunduk pada angka usia, Eko percaya selama tubuh dan semangat masih mau diajak bertarung, perjalanan itu belum selesai.

[Gambas:Video CNN]

(rhr)

Read Entire Article
| | | |