Ilustrasi.
JAKARTA - Indonesia tidak boleh hanya menjadi konsumen dan perlu berperan akif dalam dalam percaturan kecerdasan buatan (AI) global, demikian disampaikan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria. Ia menekankan pentingnya agar Indonesia turut ikut serta dalam menyusun aturan AI secara global.
Menurut Nezar, kemajuan AI saat ini dipicu oleh rivalitas antara Amerika Serikat (AS) dan China. meski begitu, Indonesia perlu hadir untuk menentukan ekosistem AI global agar lebih adil bagi negara berkembang.
"Hari ini kita menyaksikan perlombaan persenjataan (arm race) antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Jika terlambat masuk, maka negara-negara Global South, termasuk Indonesia, hanya akan menjadi konsumen. Hal serupa pernah terjadi pada regulasi nuklir dan ruang angkasa di mana aturan hanya ditetapkan oleh negara maju," kata Nezar dalam keterangan resmi.
Wamenkomdigi menambahkan bahwa Indonesia telah mengambil langkah awal dengan bekerja sama bersama UNESCO. Diharapkan Indonesia dapat menjadi pemain penting dalam penentuan aturan AI global.
"Kabar baiknya, Indonesia merupakan negara pertama di ASEAN yang merampungkan dokumen readiness assessment untuk adopsi AI yang didukung UNESCO. Dokumen ini menegaskan bahwa kita memiliki potensi besar, namun adopsi teknologinya harus dipercepat," ujarnya.