CNN Indonesia
Sabtu, 08 Nov 2025 17:31 WIB
Para korban ledakan di SMA 72 mendapat perawatan di rumah sakit. (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)
Jakarta, CNN Indonesia --
Sebanyak 2/3 atau lebih dari setengah korban ledakan SMA 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, mengalami gangguan pendengaran.
Hal itu diungkap Direktur Utama RS Islam Jakarta Cempaka Putih, Pradono Handojo, saat mendampingi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam konferensi pers yang berlangsung pada Sabtu (8/11) siang.
Dari total 96 korban ledakan SMA 72, Pradono mengatakan sebanyak 2/3, atau lebih dari setengahnya, mengalami gangguan pendengaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini pasien yang pulang ada 29 dan saat ini yang di ranap [ruang rawat inap] ada 14 orang dan pagi ini di-visit bapak Jenderal [Kapolri] melihat," kata Pradono.
"Kami merasa pemulihan secara jasmani akan terjadi dengan cepat, karena karakter anak-anak masih muda. Kecuali pada bagian pendengaran yang sekitar 2/3 mengalami gangguan pendengaran," ujarnya menambahkan.
Pradono kemudian pentingnya penanganan trauma healing bagi para korban ledakan SMA 72. Tujuannya untuk memulihkan psikologi korban.
"Namun tentu pemulihan setelah jasmaninya kembali normal merupakan tugas besar kita bersama, yaitu konseling psikologis dan lebih penting lagi bagaimana pencegahan agar hal ini tidak terjadi kembali," ucap Pradono.
Di kesempatan yang sama, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap ada 96 orang yang menjadi korban ledakan SMA 72, Kelapa Gading, yang terjadi pada Jumat (7/11). Sebanyak 29 korban masih menjalani perawatan di rumah sakit.
"Dari jumlah awal 96 [korban], pasca-kejadian, saat ini yang masih dirawat di RS Islam ada 14. Kemudian di [RS] Yarsi ada 14. Dan satu lagi di RS Pertamina ada 1. Sehingga total yang masih dirawat ada kurang lebih 29 dari 96," ujar Sigit.
Sigit juga memastikan pihaknya akan membangun pusat trauma healing bagi siswa korban ledakan di SMA 72 Jakarta.
"Kita juga membangun pusat trauma healing yang nanti juga kita persiapkan untuk memberikan pelayanan. Nanti bekerja sama tentunya dengan KPAI dengan dokter-dokter psikolog yang diperlukan," ujar Sigit.
"Sehingga kemudian bisa memberikan bantuan terkait dengan apabila ada keluhan-keluhan yang memang bisa kita berikan penanganan trauma healing. Kemudian juga nanti di sekolah pun kita akan mempersiapkan," katanya menambahkan.
(har)















































