Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia menegaskan komitmennya dalam mengembangkan bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai bagian dari upaya mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. Oleh karena itu, pemerintah mendorong Pertamina untuk menjadi pemimpin regional dalam pengembangan energi ramah lingkungan ini.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, dalam sesi talkshow bertema 'Accelerating Sustainable Fuel, Focusing on Used Cooking Oil and Its Potential to Be Sustainable Aviation Fuel (SAF)' di Paviliun Indonesia, COP 30 Belem, Brasil, Selasa (12/11).
Menurut Eddy, pengembangan SAF bukan hanya langkah untuk menurunkan emisi karbon, tetapi juga strategi untuk memperkuat daya saing industri, ketahanan energi, dan perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inisiatif ini sepenuhnya sejalan dengan agenda besar Indonesia untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, seiring tetap menjaga pertumbuhan ekonomi dan memperkuat rantai nilai nasional," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (13/11).
Ia juga mengapresiasi langkah Pertamina yang mengolah minyak jelantah (used cooking oil/UCO) menjadi SAF. Eddy menyebut potensi bahan baku Indonesia cukup besar, mencapai 715 kiloton minyak jelantah per tahun. Namun, baru sekitar 20-30 persen yang berhasil dikumpulkan, sementara sisanya belum termanfaatkan.
"Misi lembaga kami (MPR) jelas, memastikan visi Indonesia terhadap SAF bukan sekadar inisiatif percontohan, melainkan komitmen nasional yang memberdayakan Pertamina untuk menjadi pemimpin regional dalam bahan bakar penerbangan berkelanjutan, mendorong daya saing ekonomi sekaligus kepemimpinan lingkungan," jelas dia.
Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Odo R.M. Manuhutu, menambahkan bahwa SAF berbasis minyak jelantah mendukung strategi pemerintah dalam dekarbonisasi sektor transportasi yang menjadi salah satu penyumbang emisi terbesar.
Ia menyebutkan, pemerintah sedang menyiapkan peta jalan pengembangan SAF untuk transportasi udara dengan target implementasi awal sebesar 1 persen pada 2027.
"Termasuk menyiapkan skema pendanaan untuk penelitian pengembangan, sekitar 1% dari pendapatan transportasi maupun sektor energi," ucapnya.
Menurut Odo, penggunaan SAF dari minyak jelantah memiliki keunggulan karena tidak menimbulkan masalah pasokan dan memiliki jejak karbon yang rendah.
Pertamina di COP 30
Produk SAF berbasis minyak jelantah menjadi salah satu sorotan di Paviliun Indonesia pada COP 30 Brasil. Setelah sukses mengembangkan biodiesel (B40), Pertamina kini memfokuskan pengembangan SAF sebagai upaya mendukung ekonomi sirkular dan transisi energi nasional.
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menyampaikan bahwa tema Paviliun Indonesia di COP 30, 'Accelerating Substantial Actions of Net Zero Achievement through Indonesia High Integrity Carbon', menekankan pentingnya aksi nyata menuju target iklim nasional.
"Pertamina siap mendukung berbagai inisiatif pemerintah dalam menanggulangi perubahan iklim, termasuk dengan peningkatan kapasitas produksi SAF sesuai mandatori yang ditetapkan," tuturnya.
Ia menambahkan, ekosistem SAF Pertamina telah mencakup rantai usaha terintegrasi mulai dari pengumpulan minyak jelantah, pengolahan di kilang, hingga distribusi ke maskapai penerbangan.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Muhammad Baron, menjelaskan bahwa produksi SAF tidak hanya mendukung ekonomi sirkular dan penurunan emisi, tetapi juga membantu Indonesia memenuhi standar internasional seperti CORSIA (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation).
"SAF menjadi bahan bakar aviasi di masa depan, sebagai salah satu cara maskapai memenuhi target pengurangan emisi CO₂ global. Karena itu, Pertamina telah melakukan berbagai upaya untuk menghasilkan bahan bakar berkualitas SAF, sehingga dapat memberi kemudahan bagi maskapai dalam memenuhi kebutuhannya," terang dia.
(rir)















































