Jakarta, CNN Indonesia --
Nelayan mengeluh hasil tangkapan ikan merosot tajam sejak adanya pembangunan tanggul beton di laut di Cilincing, Jakarta Utara.
Ketua Kelompok Nelayan Cilincing Danu Waluyo menyebut pendapatan anggotanya menurun hingga 70 persen.
"Anggota kami dirugikan. Pencarian hasil tangkap berkurang mencapai sampai 70 persen," kata Danu dalam konferensi pers di Kawasan KCN Marunda, Jakarta Utara, Jumat (12/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan keluhan itu sudah disampaikan langsung kepada PT Karya Citra Nusantara (KCN) dengan pendampingan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta.
"Kemarin kami didampingi oleh KPKP, mengajukan. Ada pihak nelayan dari anggota kami yang dirugikan. Kami mengajukan pada KCN," ujarnya.
Danu menegaskan nelayan tak berencana melakukan aksi protes di jalan. Menurutnya, jalur dialog jauh lebih baik untuk mencari jalan keluar.
"Untuk apa demo? Mari kita ajak untuk diskusi. Kami mengajukan untuk pertemuan. Alhamdulillah ditanggapi oleh bapak-ibu dari KCN. Dan kami didampingi oleh pihak KPKP mencari solusinya seperti apa," katanya.
Namun, ia menilai dampak proyek sudah jelas terasa di lapangan. Nelayan harus menempuh rute lebih panjang karena jalur tangkapan terhambat beton panjang yang dibangun di laut.
"Nelayan dirugikan? (Iya) dirugikan. Karena harus memutar. Setidaknya ada bahan bakar yang bertambah," ucap Danu.
Keluhan ini, menurut Danu, tidak hanya dirasakan oleh nelayan Cilincing. Nelayan di kawasan Marunda juga mengalami kondisi serupa.
"Hal ini kami utarakan. Dan kami juga bukan hanya nelayan Cilincing, tapi kebetulan, dengan nelayan Marunda pun ada di sini," jelasnya.
Danu juga menyinggung maraknya video viral di media sosial yang memperlihatkan aktivitas di sekitar lokasi proyek. Ia meminta masyarakat berhati-hati menyikapinya.
"Kadang-kadang kita harus menyikapi secara bijak dengan hal-hal yang ada. Baik dari di YouTube maupun di TikTok. Hal-hal ini harus kita sikapi secara dewasa juga. Secara bijak, karena enggak semuanya itu benar," katanya.
Menurutnya, sebagian video bahkan memperlihatkan orang memancing yang sebenarnya bukan nelayan.
"Seperti hal-hal kemarin, kami juga (berpikir) 'ini dari nelayan mana?'. Bukan. Itu orang mancing. Di dalam kategori wisatawan," tambah Danu.
Polemik tanggul beton Cilincing bermula dari unggahan video akun Instagram @cilincinginfo yang memperlihatkan nelayan kesulitan melintas karena harus memutar lebih jauh. Struktur sepanjang 2-3 kilometer itu disebut menghambat kapal kecil saat mencari ikan.
Seiring viralnya video tersebut, muncul spekulasi di media sosial bahwa proyek tanggul beton serupa dengan kasus pagar laut di Tangerang atau bahkan giant sea wall. Namun, pemerintah dan PT KCN menegaskan proyek ini berbeda.
Direktur Utama KCN Widodo Setiadi menjelaskan struktur beton di Cilincing sejatinya adalah breakwater atau pemecah gelombang, bukan pulau buatan.
Proyek ini merupakan bagian dari pembangunan pelabuhan yang ditetapkan sebagai proyek strategis nasional sejak 2004 melalui kolaborasi pemerintah dan swasta.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga memastikan proyek sudah mengantongi izin lengkap, termasuk Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) dan amdal. Sejauh ini, progres pembangunan pelabuhan KCN disebut telah mencapai 70 persen dengan target rampung pada 2026.
(del/pta)