Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto memutuskan tetap melanjutkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah marak kasus keracunan pelajar di sejumlah daerah Indonesia.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyatakan pihaknya mendata ada 4.711 porsi makan bergizi gratis yang menyebabkan gangguan kesehatan pada anak. Data itu dihimpun BGN sejak Januari 2025 hingga September 2025.
Namun Dadan menegaskan pemberhentian sementara program MBG tak dilakukan dengan alasan masih banyak anak-anak di Indonesia yang membutuhkan intervensi pemenuhan gizi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, saya kira hak ini harus kita berikan dan kita akan perbaiki tata kelolanya sebaik mungkin sehingga apa yang diberikan oleh pemerintah itu aman untuk dikonsumsi," jelas Dadan di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (1/10).
Lantas bagaimanakah respons orang tua murid dan pelajar mengenai program MBG di tengah marak kasus keracunan tersebut?
Susi, salah satu orang tua siswa yang ditemui CNNIndonesia.com di lingkungan SDN Pondok Bambu 15 Pagi, Jakarta Timur, mengaku dia dan juga para orangtua/wali yang lain sempat khawatir dengan maraknya kasus keracunan MBG. Namun, pihaknya berharap hal tersebut bisa dikendalikan pemerintah lewat pengawasan ketat.
Susi menyatakan di sekolah tersebut belum ada laporan kasus keracunan, namun kalau ada keluhan dari siswa mengenai menu. Menurutnya keluhan itu masih terbilang wajar.
"Awal-awal takut. Awal-awal benar-benar takut. Aduh orang tua yang lain juga gitu... Aduh bagaimana ya [merespons kabar keracunan yang terjadi]. Apa artinya, banyak kayak gini kayak gini. Ya tapi sih mudah-mudahan rejekinya anak-anak [tidak terjadi keracunan].... Insyaallah aman sejauh ini. Pokoknya mayoritas di kelas khususnya kelas saya kelas 2A mudah-mudahan sih terkendali semuanya makanannya," katanya, Rabu lalu.
Menurutnya mayoritas orang tua murid di sana senang ketika pemerintah mengumumkan pelaksanaan program MBG. Adapun keluhan murid atau anak-anak soal menu makanan, sejauh ini dinilainya masih wajar.
"Kalau mayoritas orang happy ya, senang gitu. Kan tapi terkadang ada yang makanan yang anak-anak wajar ya, anak-anak maunya menu-menu tertentu," kata dia, "Anak-anak memang sih maunya yang ready-ready kayak gitu ya [mencontohkan burger], kalau nasi kurang, agak susah, sayur juga susah, gitu doang."
Proses pendistribusian program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 165 Jakarta, Rabu (1/10). (CNN Indonesia/ Nattasya)
Guru dan Tenaga Administrasi Kependidikan di sekolah itu menuturkan proses pendistribusian MBG di sana telah berjalan selama 19 hari sejak 7 September.
Guru kelas 3 SDN Pondok Bambu 15 Pagi, Danddy Ardian, mengaku sejauh ini semua berjalan lancar. Apalagi, sambungnya, setelah siswa terbiasa.
"Sudah berjalan sekitar 19 hari dimulai dari tanggal 7 September 2025. Alhamdulillah selama ini berjalan lancar, anak-anak senang dengan menunggu MBG, paling kendalanya ketika pendistribusian pagi-pagi, ya, harusnya kan jam 06.30 sudah datang mungkin beberapa kali telat ya kondisi teknis di lapangan mungkin ya baru datang jam 06.40 menit ya jadi mengganggu anak-anak pembiasaan," katanya.
Ia memastikan kualitas makanan tetap terjaga. "Alhamdulillah disini tidak ada anak-anak yang keracunan. Kualitas makanannya pun baik. Karena kan sebelum anak-anak makan, gurunya pasti mencoba terlebih dahulu, ya karena dikirim dari dapurnya jumlah murid disini 378, dilebihkan 1 untuk sekolah, ya jadi satu itu nanti ganti-gantian, saya, Bu Olin, kepala sekolah, bahkan penjaga sekolahpun ganti-gantian untuk nyobain satu lebihan itu."
Salah satu murid SDN Pondok Bambu 15 Pagi, Aisyah, mengaku menyukai menu MBG.
"Kalau biasanya buahnya itu jeruk terus makanannya biasanya ayam atau telur. Suka (sama menu MBG-nya). Enak, udah pas (rasa makanannya)," katanya.
Di lokasi lain, Wakil Kesiswaan SMPN 165 Jakarta yang juga menjadi penanggung jawab (PIC) MBG di sekolah tersebut, Mayang, mengaku sempat ada kekhawatiran juga ketika terjadi kasus-kasus keracunan MBG.
Namun, sambungnya, sejauh ini menu MBG yang dikonsumsi siswa-siswa sekolah itu sejak sebulan lalu terbilang aman.
"Kalau kekhawatiran dari orang tua dan guru ada ya... tapi selama ini sih belum ada," katanya saat ditemui Rabu lalu.
Ia mengakui sempat ada persoalan salah satunya menu telur yang berlendir. Namun, makanan itu tak dikonsumsi, dan dilaporkan juga kepada pihak penyedia atau Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Selaku PIC MBG di sekolah tersebut, Mayang mengaku aktif menyampaikan umpan balik--termasuk yang diterima dari siswa maupun orang tua murid--kepada pihak SPPG.
"Kita ada grup [di aplikasi perbincangan] kan nah itu saya kirim [bila ada makanan bermasalah]. Mereka respons cepat langsung diganti, selama ini sih mereka masih apa ya masih baguslah gitu," ujar Mayang yang juga guru bahasa Inggris di sekolah itu.
Salah satu siswa, Revalina, juga mengaku terbantu oleh MBG, "Senang banget biasanya kan aku jarang makan waktu itu aku juga kena anemia gara-gara jarang makan jadi ada program ini makan aku jadi lebih teratur."
"Kalau sebelum ada MBG aku itu jarang makan juga jarang kurang suka nasi juga sih makanya waktu itu kena anemia terus sekarang jadi lebih makan nasi terus." lanjutnya.
Salah satu orang tua siswa yang ditemui di sekolah itu, Wiwik, mengaku menyambut gembira ketika SMPN 165 Jakarta menjadi salah satu sasaran penerima manfaat MBG.
"Ya sangat membantu karena mungkin biasanya kan kalo anak-anak sekolah itu dibawain bekal pun tidak semuanya sama ya... Kalau di MBG ini kan sangat lengkap ada lauk ada sayur dan juga ada buahnya kadang ada susunya juga." katanya.
(nat/kid)