CNN Indonesia
Sabtu, 08 Nov 2025 02:30 WIB
Simon Tahamate menilai cara Indonesia menyeleksi pemain sudah terlambat. (Instagram/PSSI)
Jakarta, CNN Indonesia --
Simon Tahamata, Kepala Pemandu Bakat PSSI, menilai cara Indonesia menyeleksi pemain bertalenta sudah terlambat.
Dari pengamatan Simon, pemantauan bakat biasanya dilakukan pada usia 13 tahun. Ini berbeda dengan di Eropa yang biasanya sudah diseleksi sejak usia delapan.
Hal tersebut disampaikan Simon dalam wawancara dengan PSSI yang dirilis pada Jumat (7/11). Simon mulai menjadi Kepala Pemandu Bakat PSSI sejak Mei 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Belanda sejak usia delapan tahun sudah ada seleksi bagi calon-calon pemain masa depan. Di Indonesia, terus terang, sudah terlambat. Bikin seleksi dengan umur lebih muda lagi," katanya.
"Di Indonesia kita mulai seleksi dari usia 13-14 tahun. Secara perlahan dan harus kita ikuti seperti di Eropa yaitu sejak 8 tahun. Namun butuh waktu dan mesti sabar sedikit."
Menurut mantan pemain Ajax Amsterdam ini, fase terbaik mengenalkan dasar-dasar sepak bola adalah di bawah usia delapan. Ini fase krusial tumbuh kembang pemain.
Jika pemain sudah mengenal teknik dasar sepak bola dengan baik sejak usia lima misalnya, talenta pemain sudah bisa diukur dan diarahkan ketika memasuki usia delapan.
"Itu bisa dicoba karena perkenalan dasar di usia paling dini sangat penting sehingga di usia 13-14 tahun, kita sudah tahu apakah pemain muda ini berbakat atau tidak," kata Simon.
(sry)

















































