Studi: DNA Beruang Kutub Berubah Demi Bertahan dari Krisis Iklim

6 hours ago 6

Jakarta, CNN Indonesia --

Studi terbaru mengungkap beruang kutub di Greenland selatan mengalami mutasi genetik seiring krisis iklim yang kian parah. Meningkatnya suhu akibat pemanasan bumi dan menyusutnya es laut diduga menjadi faktor pemicu terjadinya mutasi genetik pada spesies ini.

Beruang kutub menghadapi tantangan serius akibat krisis iklim. Tingkat es laut global turun ke level terendah sepanjang sejarah pada bulan Februari, dan pemanasan global menyebabkan kenaikan permukaan laut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perubahan ini mengancam beruang kutub, yang hidup dan berburu di atas lapisan es yang semakin menyusut.

Penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas East Anglia, menemukan korelasi antara perubahan DNA beruang kutub dan kenaikan suhu. Penelitian ini terbit di jurnal Mobile DNA yang terbit pada Jumat (12/12).

"Penelitian ini menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahwa sekelompok beruang kutub di bagian terpanas Greenland menggunakan 'gen melompat' untuk secara cepat mengubah DNA mereka sendiri, yang mungkin merupakan mekanisme bertahan hidup yang putus asa terhadap mencairnya es laut," kata Alice Godden, penulis utama studi tersebut, melansir Live Science, Selasa (16/12).

Gen melompat (Jumping genes), yang juga dikenal sebagai transposon atau elemen transposable, adalah segmen DNA yang dapat berpindah ke lokasi berbeda di dalam genom. Ketika transposon masuk ke lokasi tertentu, mereka dapat memengaruhi cara kerja gen lain.

Menurut para peneliti lebih dari sepertiga genom beruang kutub terdiri dari elemen transposable, sedangkan pada tumbuhan angka ini dapat mencapai 70 persen. Di sisi lain, transposon menyumbang sekitar 45 persen dari genom manusia.

Para peneliti berargumen bahwa transposon kemungkinan besar membantu beruang kutub beradaptasi dengan perubahan iklim.

Studi sebelumnya yang diterbitkan dalam jurnal Science pada tahun 2022 menggambarkan populasi beruang kutub yang terisolasi di Greenland selatan yang kurang bergantung pada es laut.

Kelompok ini terpisah dari komunitas beruang di Greenland utara sekitar 200 tahun yang lalu, yang mengakibatkan perbedaan genetik antara kedua populasi tersebut. Penelitian baru ini melanjutkan temuan-temuan sebelumnya.

Para peneliti menganalisis DNA dari 17 beruang kutub dewasa di Greenland, 12 di antaranya berasal dari wilayah timur laut yang lebih dingin dan lima dari wilayah tenggara yang lebih hangat.

Mereka kemudian membandingkan aktivitas transposon pada kedua populasi tersebut dan menghubungkannya dengan data iklim. Perubahan pada gen yang terkait dengan stres panas, penuaan, metabolisme, dan pengolahan lemak diamati pada populasi di wilayah tenggara.

Perubahan ini penting ketika makanan langka. Menurut studi tersebut, perubahan ini menunjukkan bahwa beruang kemungkinan sedang menyesuaikan diri dengan kondisi iklim yang lebih hangat.

"Dengan membandingkan gen-gen aktif beruang-beruang ini dengan data iklim lokal, kami menemukan bahwa kenaikan suhu tampaknya menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan dramatis dalam aktivitas gen-gen melompat di dalam DNA beruang-beruang di Greenland bagian tenggara," kata Godden.

"Pada dasarnya, ini berarti bahwa kelompok-kelompok beruang yang berbeda mengalami perubahan pada bagian-bagian DNA mereka dengan laju yang berbeda-beda, dan aktivitas ini tampaknya terkait dengan lingkungan dan iklim spesifik mereka," lanjutnya.

Godden memperingatkan bahwa krisis iklim tetap menjadi ancaman nyata bagi beruang kutub, meskipun mereka memiliki potensi untuk beradaptasi dengan iklim yang lebih hangat dan es yang lebih sedikit.

"Kita tidak boleh lengah; hal ini memberikan sedikit harapan, tetapi tidak berarti beruang kutub berada dalam risiko kepunahan yang lebih kecil," katanya.

"Kita masih perlu melakukan segala upaya untuk mengurangi emisi karbon global dan memperlambat kenaikan suhu," tutup Godden.

(wpj/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |