Tips Siapkan Dana Darurat Bagi Sandwich Generation Bergaji Pas-pasan

2 hours ago 3
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Dana darurat sering disebut pondasi keuangan yang wajib dimiliki. Namun, bagi sandwich generation yang menanggung dua generasi sekaligus, menyiapkan dana darurat bisa jadi tantangan sendiri.

Apalagi jika penghasilan terbatas atau mepet pengeluaran. Padahal, tanpa dana darurat, satu kejadian tak terduga bisa mengguncang stabilitas keuangan.

Di tengah tuntutan bagi sandwich generation, apakah masih perlu punya dana darurat? Bagaimana juga cara menyiapkannya?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perencana Keuangan Finansialku Luna Mantyasih Makarti mengatakan sandwich generation justru paling rentan terhadap kejadian tak terduga seperti orang tua sakit atau anak butuh biaya mendadak. Karenanya, sandwich generation tetap perlu menyiapkan dana darurat.

"Jika ada kebutuhan mendesak, apalagi sampai kehilangan pekerjaan, tanpa dana darurat mereka akan lebih mudah terjebak utang atau menguras tabungan penting lainnya," katanya pada CNNIndonesia.com, Jumat (7/11).

Senada, perencana keuangan dari Advisor Alliance Group (AAG) Dandy mengatakan di balik pengeluaran yang besar untuk menopang keluarga, sandwich generation tetap perlu dana darurat. Pasalnya, sandwich generation sangat rentan dengan risiko finansial dan dampaknya tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga ke orang lain yang bergantung padanya.

Berikut tips siapkan dana darurat:

Mulai dari target kecil

Luna menyarankan sandwich generation untuk mulai menyiapkan dana darurat mulai dari target kecil. Bisa mulai dari sebesar satu kali pengeluaran bulanan. Kemudian naikkan saldo dana darurat secara bertahap menjadi tiga kali pengeluaran bulan.

"Lalu enam bulan pengeluaran, hingga akhirnya mencapai target ideal, yaitu 12 bulan pengeluaran," katanya.

Senada, Dandy mengatakan dana darurat bisa disiapkan sebesar tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan.

Sisihkan 10 persen gaji

Dandy mengatakan sandwich generation bisa melakukan budgeting di awal bulan. Sisihkan setidaknya 10 persen dari gaji untuk dana darurat. Namun, tidak masalah jika dana yang disisihkan baru 5 persen dari gaji.

"Yang penting habit-nya sudah mulai dibangun sampai ketika keuangan sudah stabil dan budgeting sudah disiplin naikkan ke 10 persen," kata Dandy.

Ia menyarankan untuk menggunakan persentase bukan nominal karena kalau gaji naik maka nominalnya juga akan naik.

Pisahkan rekening

Luna menyarankan untuk memisahkan rekening dana darurat dari rekening harian. Sandwich generation katanya bisa menggunakan metode transfer otomatis setiap gajian.

"Transfer di awal sesaat setelah gajian, prinsipnya adalah 'sisihkan dulu, baru belanjakan', bukan disisakan," katanya.

Tempatkan di instrumen likuid

Dandy menyarankan untuk menempatkan dana darurat di instrumen likuid yang bisa ditarik kapanpun dan dimanapun. Ia meningkatkan dana darurat bukan untuk investasi atau cari untung, tetapi perlu selalu siap sedia untuk ditarik karena keadaan darurat bisa terjadi kapan saja.

Salah satu opsinya, sambung Dany, bisa memanfaatkan bank digital yang memberikan bunga lebih besar dari bank konvensional.

"Paling mentok di reksadana pasar uang, namun maksimal setengah dari dana darurat karena perlu waktu untuk ditarik," katanya.

Senada, Luna menyarankan dana darurat ditempatkan di instrumen yang aman, likuid, dan mudah diakses. Misalnya disimpan di tabungan khusus di bank yang mudah diambil, tapi tidak tercampur pengeluaran. Sebagian dana, sambungnya, bisa disimpan di deposito jangka pendek atau logam mulia sebagai cadangan lapis kedua.

"Kalau ingin hasil sedikit lebih tinggi tapi tetap likuid, bisa cair satu-tiga hari kerja, boleh disimpan dalam bentuk reksa dana pasar uang. Hindari investasi berisiko seperti saham untuk dana darurat," katanya.

[Gambas:Video CNN]

(pta)

Read Entire Article
| | | |