WIKA Blak-blakan soal Efek Garap Proyek Kereta Cepat Whoosh

2 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) bicara soal dampak yang mereka alami setelah ikut dalam Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) atau Whoosh.

WIKA ikut menjadi pemegang saham PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), konsorsium proyek KCIC. Perusahaan konstruksi pelat merah itu memiliki 33,36 persen saham di konsorsium tersebut.

Selain itu, ada PT Kereta Api Indonesia (Persero) 58,53 persen, PT Perkebunan Nusantara I 1,03 persen, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk 7,08 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, ada pemegang saham dari China, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd. Pemegang saham terdiri dari CREC 42,88 persen, Sinohydro 30 persen, CRRC 12 persen, CRSC 10,12 persen, dan CRIC 5 persen.

Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito berkata perusahaannya mengucurkan penyertaan modal untuk PSBI Rp6,1 triliun.

"Tentu kalau memang rugi, kita kan ada porsi Rp 6,1 triliun atau kurang lebih 32 persen dari total pemegang saham, secara otomatis, setiap akhir tahun atau setiap triwulanan, kita akan membuku kerugian," kata Agung dalam acara Public Expose secara virtual, Rabu (12/11), dilansir detik.

"Akan membuku kerugian daripada efek daripada kereta cepat sehingga seperti kita ketahui, WIKA sejak deliver-nya kereta cepat, ya pasti kita akan mengalami kerugian karena cukup besar," ucapnya

Ia mengatakan WIKA menjadi satu-satunya kontraktor Indonesia yang ikut pembangunan Whoosh. Mereka tergabung dalam konsorsium High Speed Railway Contractor Consortium (HSRCC) untuk mengerjakan 25 persen konstruksi Whoosh.

Agung mengakui ada sengketa antara WIKA dan KCIC yang sedang ditangani Danantara saat ini. Ia berkata akan ada dampak keuangan bagi WIKA bila tak segera diselesaikan.

Mereka masih menunggu langkah pemerintah dalam penanganan rugi yang dialami KCIC. Ia menilai restrukturisasi cepat KCIC akan berdampak positif terhadap keuangan WIKA.

"Tadi kami sampaikan bahwa eksposur WIKA di dalam kereta cepat sebagai investor Rp6,1 triliun, belum lagi terkait dengan dispute konstruksi yang kita masih mengalami kerugian. Jadi memang dampaknya cukup berat buat WIKA setelah kita masuk di kereta cepat," ungkapnya.

Perusahaan mencatatkan kerugian bersih Rp3,21 triliun per September 2025. Pada periode yang sama tahun lalu, mereka mengantongi laba bersih Rp741,43 miliar.

WIKA juga membukukan penurunan pendapatan bersih menjadi Rp9,09 triliun pada kuartal III 2025. Padahal, di periode yang sama tahun lalu mereka mencatat pendapatan bersih Rp 12,54 triliun.

Dalam kesempatan itu, Agung juga menjelaskan saldo Piutang Dalam Penyelesaian Konstruksi (PDPK) atas proyek High Speed Railway Jakarta Bandung sebesar Rp5,01 triliun. Klaim piutang itu masuk dalam cost over run atau biaya proyek yang melebihi anggaran awal.

"Untuk klaim WIKA yang Rp5 triliun lebih, ini adalah, tadi kami sampaikan, sedang berproses dengan KCIC, di mana kita sudah mengajukan ke Singapura (arbitrase pihak ketiga)," ucapnya.

[Gambas:Video CNN]

(dhf/sfr)

Read Entire Article
| | | |