Jakarta, CNN Indonesia --
PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) sebagai pemegang merek Mitsubishi Fuso merayakan 55 tahun berkontribusi di Indonesia.
Hingga Oktober 2025, Mitsubishi Fuso telah menjual sekitar 1,5 juta unit truk di Indonesia. Fuso berhasil mempertahankan posisinya sebagai market leader kendaraan niaga dengan pangsa sebesar 39,7 persen.
Selama puluhan tahun, Mitsubishi Fuso telah membantu mendongkrak industri kendaraan komersial dalam negeri mulai investasi, pemberdayaan pemasok komponen lokal, pembukaan lapangan tenaga kerja, dan pemenuhan kebutuhan konsumen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aji Jaya, Sales and Marketing Director KTB, menilai investasi pada pasar tenaga kerja lokal adalah wujud dukungan Fuso untuk Indonesia, salah satunya penyerapan tenaga kerja untuk Krama Yudha Ratu Motor (KRM), fasilitas perakitan Mitsubishi Fuso di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors tidak hanya menjual produk, kami juga membangun ekosistem, kami melakukan investasi, tujuannya untuk berkontribusi kepada Indonesia tentunya karena selain memproduksi produk-produk yang kami jual, KRM sebagai salah satu investasi dari grup KTB, juga sangat terbuka untuk menyerap tenaga kerja dalam mendukung operasional di KRM," kata Aji di Cakung, Rabu (12/11).
"Ini membuktikan bahwa Mitsubishi Fuso tidak hanya menjual produk, tetapi kami adalah bagian dari pembangunan Indonesia," tambahnya.
Selain penyerapan tenaga kerja di fasilitas perakitan dan jaringan dealer yang kini berjumlah 226 unit di seluruh Indonesia, KTB juga menjalin kemitraan dengan sekitar 100 perusahaan pemasok lokal sebagai bagian dari upaya pemberdayaan rantai pasok Tanah Air.
KRM saat ini menerapkan otomasi dalam produksi truk Mitsubishi Fuso. Menurut President Director KRM, Duljatmono, kebutuhan otomatisasi KRM saat ini sudah tercukupi sehingga penambahan teknologi otomatisasi dalam proses produksi belum menjadi prioritas saat ini.
Ia menegaskan pemanfaatan robot tetap berpijak pada prinsip efisiensi perusahaan, yakni menyesuaikan dengan volume produksi dan kemampuan fasilitas yang ada sekarang.
"Tentu ke depan kita akan bicarakan lagi lebih maju ya untuk penambahan lagi, tapi itu secara bertahap. Kenapa? karena memang membutuhkan investasi dan itu harus efisien ya," ujarnya.
"Investasi yang besar tapi volumenya tidak balance itu kan menjadi tidak efisien, jadi kira-kira antara kebutuhan teknologi dan efisiensi," tambahnya.
Menanggapi upaya elektrifikasi dalam industri otomotif Indonesia, Duljatmono mengatakan KRM siap memproduksi kendaraan listrik (EV) terbaru jika demand naik.
"Fasilitas kita fleksibel dan adaptif terhadap apa produk-produk baru, ya termasuk EV. Kalau memang itu dibutuhkan artinya principal memerintahkan untuk produksi di sini karena demand-nya ada, ya kita siap untuk melakukan itu," jelasnya.
"Tentu, ada proses-proses yang penyesuaian atau teknologi yang perlu dipelajari oleh tim KRM, oleh karyawannya, ada training kemudian ada investasi yang diperlukan untuk itu, tapi secara prinsip KRI siap karena fleksibel dan adaptif terhadap kebutuhan itu," tambahnya.
(iqb/mik)















































