Jakarta, CNN Indonesia --
Makanan tinggi lemak bisa merusak otak bukan sekadar isu kesehatan yang dibesar-besarkan. Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa hanya dalam tiga hari, pola makan kaya lemak jenuh dapat memicu peradangan otak dan gangguan daya ingat, terutama pada orang lanjut usia.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Immunity & Ageing ini menyoroti betapa cepatnya otak merespons pola makan yang buruk. Para peneliti melakukan uji coba pada tikus, yang dibagi berdasarkan usia, lalu diberi diet tinggi lemak dalam periode tiga hari hingga tiga bulan.
Hasilnya, kelompok tikus tua menunjukkan kerusakan fungsi memori dan peradangan otak hanya dalam tiga hari pertama, meskipun belum terlihat gangguan pada metabolisme maupun sistem pencernaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makanan tinggi lemak meruak otak, bagaimana terjadi?
Kerusakan otak akibat makanan tinggi lemak terutama terkait pada dua jenis memori penting: contextual memory dan cued-fear memory. Keduanya berhubungan dengan kemampuan mengingat detail peristiwa serta mengenali tanda bahaya.
Pada tikus tua yang diberi diet lemak jenuh, kedua fungsi ini menurun drastis.
Para peneliti juga menemukan adanya peningkatan protein sitokin yang menandakan respons peradangan tak terkendali di otak. Jika kondisi ini berlangsung lebih lama, bukan hanya memori yang terganggu, tetapi juga muncul risiko masalah metabolik lain, seperti kenaikan berat badan, resistensi insulin, hingga perubahan pada mikrobioma usus.
"Pola makan tidak sehat dan obesitas memang saling berkaitan, tetapi keduanya tidak selalu harus berjalan beriringan." jelas Ruth Barrientos, penulis utama studi dari Institute for Behavioral Medicine Research.
Menurutnya, dampak diet tinggi lemak bisa langsung dirasakan otak jauh sebelum obesitas terbentuk. Meski penelitian ini dilakukan pada hewan, implikasinya sangat relevan bagi manusia.
Orang dewasa yang lebih tua disarankan lebih berhati-hati terhadap asupan lemak jenuh, karena otak pada usia lanjut lebih sulit pulih dari peradangan. Artinya, kebiasaan "sesekali" mengonsumsi fast food, gorengan, atau makanan olahan tinggi lemak jenuh tidak bisa dianggap sepele.
Temuan ini juga menegaskan bahwa risiko dari diet tinggi lemak tidak hanya berlaku bagi mereka yang sudah kelebihan berat badan. Bahkan orang dengan tubuh kurus pun bisa mengalami gangguan otak bila sering mengonsumsi makanan kaya lemak jenuh.
Pada akhirnya, menjaga pola makan sehat dengan membatasi makanan tinggi lemak kerusakan otak adalah langkah penting, bukan hanya untuk tubuh, tetapi juga demi kesehatan otak jangka panjang.
(tis/tis)