Bahlil Minta Rakyat Doa Agar BBM Tak Naik Imbas Perang Iran-Israel

10 hours ago 6

CNN Indonesia

Selasa, 24 Jun 2025 18:32 WIB

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meminta masyarakat berdoa agar harga BBM tak melonjak karena perang Iran melawan Israel. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meminta masyarakat berdoa agar harga BBM tak melonjak karena perang Iran melawan Israel. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra).

Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta masyarakat berdoa agar harga BBM tak melonjak karena perang Iran melawan Israel.

Menurut Bahlil, semua negara mementingkan bangsanya sendiri. Dia menilai Indonesia tidak bisa bergantung kepada negara mana pun saat ini.

"Katanya harga minyak akan potensi naik, melebihi asumsi di dalam APBN. Saya katakan berdoa saja karena hanya doa dan ikhtiar kita secara internal yang bisa menyelamatkan kita," kata Bahlil pada Jakarta Geopolitical Forum 2025 Lemhanas RI d Jakarta, Selasa (24/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahlil mengatakan asumsi harga minyak pada APBN 2025 US$82 per barel. Dia mengaku sempat khawatir saat harga minyak sempat menyentuh US$79 pada awal perang Iran dan Israel.

Saat ini, kata dia, harga minyak jauh di bawah asumsi makro APBN 2025, yaitu US$67 per barel. Namun, pemerintah tetap bersiaga menyikapi gejolak harga minyak yang fluktuatif.

"Apa yang hari ini terjadi, belum tentu besoknya seperti ini. Kita lihat perkembangannya lagi, baru kemudian kita bisa melakukan kajian," ujar Bahlil.

Harga minyak menjadi sorotan di tengah perang Iran vs Israel. Lokasi perang terjadi di Timur Tengah, daerah utama pemasok minyak dunia.

Harga minyak makin dirundung kekhwatiran setelah parlemen Iran menyetujui penutupan Selat Hormuz. Selat itu dilewati sekitar 20 juta barel minyak per hari dari negara-negara Timur Tengah.

Goldman Sachs memprediksi harga minyak mentah Brent menembus US$110 per barel jika Iran menutup Selat Hormuz. Bank investasi asal Amerika Serikat (AS) itu memperkirakan harga Brent akan stabil dengan rata-rata sekitar US$95 per barel pada kuartal ke-IV 2025.

Goldman memperkirakan harga Brent mencapai puncaknya di kisaran US$90 per barel bila pasokan minyak Iran menurun 1,75 juta barel per hari (bpd) selama enam bulan.

"Meski situasi di Timur Tengah terus berkembang, kami percaya insentif ekonomi, termasuk dari AS dan China untuk mencegah gangguan besar dan berkepanjangan di Selat Hormuz akan sangat membantu," ucap Goldman Sachs dilansir Reuters, Senin (23/6).

(agt/agt)

Read Entire Article
| | | |