Cerita Pelesir 6 Hari Jalur Darat di 3 Negara Asia Tenggara

3 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Jelang musim liburan, saya iseng mencari referensi untuk rekreasi ke luar kota. Namun saya terkejut karena harga tiket pesawat domestik mahal. Hitung-hitung, jika ditambah dengan biaya menginap di hotel serta kebutuhan lain, cukup menguras isi dompet juga.

Alternatif pun dicari. Saya berpikir, kenapa tidak coba cari di luar negeri saja. Tak usah jauh-jauh, ke negara tetangga di kawasan asia tenggara saja. Kabarnya harga tiket pesawatnya justru lebih murah.

Referensi di media sosial mulai saya telusuri. Dari mulai penerbangan murah, hingga destinasi wisata favorit di negeri-negeri tetangga. Ada pula cerita pengalaman-pengalaman pelancong yang diceritakan di medsos.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selang sehari pencarian itu, media sosial saya mulai diserbu iklan-iklan biro wisata yang menawarkan paket liburan, hingga saran untuk konten terkait. Algoritma sudah bekerja. Makin dibuka iklan dan konten tawaran itu, makin massif yang tampak di halaman medsos. Luar biasa memang sistem pengiklanan di dunia digital ini.

Dari penawaran di media sosial ini, saya memilih untuk mengikuti open trip yang ditawarkan. Paket yang ditawarkan untuk tiga negara: Malaysia, Singapura dan Thailand. Paket ini untuk 6 hari, termasuk perjalanan pergi dan pulang.

Saya hitung-hitung, biaya yang dikeluarkan tidak selisih banyak jika dibandingkan dengan pelesiran destinasi wisata favorit di dalam negeri seperti Malang, Banyuwangi, atau Bali misalnya. Tapi kalau dibandingkan dengan berwisata ke wilayah yang lebih jauh lagi seperti Labuhan Bajo atau Raja Ampat, justru lebih murah.

Paket wisata tiga negara untuk 6 hari perjalanan saya ambil dengan sedikit perjudian. Sudah terbayang di benak saya untuk paket ini pasti bakal menggunakan penerbangan murah, penginapan murah, makan sekadarnya dan perlu stamina ekstra karena menempuh perjalanan antara tiga negara via jalur darat.

Namun ternyata, not bad lah.

Berikut catatan perjalanan saya, pelesir 6 hari 3 negara Asia Tenggara.

Hari ke-1: Perjalanan Jakarta-Malaysia

Start wisata tiga negara akan dimulai dari negeri jiran, Malaysia. Terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Jika kamu dari luar Jabodetabek, harus siap-siap punya budget ekstra untuk transportasi ke Jakarta.

Seperti yang duga sebelumnya, penerbangan ke Malaysia menggunakan penerbangan murah atau low cost carrier. Tak perlu saya sebut, sudah pasti bisa ditebak maskapai yang saya pakai kalau untuk ke Malaysia.

Jangan berharap tak kena delay jika terbang dengan maskapai murah ini. Belum lagi bawaan di kabin yang dibatasi hanya 7 kg dan bagasinya berbayar.

Dari semula pesawat saya yang mestinya terbang pagi pukul 06.00 WIB, ada penjadwalan ulang hingga pukul 22.20 WIB. Pemberitahuan diberikan sekitar 3 hari sebelum penerbangan.

Terbayang bagaimana peserta yang dari dari luar kota yang sudah kadung memesan tiket pesawat ke Jakarta, tak bisa ditunda dan harus menunggu hingga 18 jam di bandara.

Penerbangan ke Malaysia hanya butuh waktu sekitar 2 jam menggunakan armada Airbus A320 tanpa snack, apa lagi makan. Benar-benar seperti penerbangan dalam negeri.

Waktu di Malaysia lebih cepat 1 jam. Jadi tiba di Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA) pukul 02.30 dini hari.

Dengan proses imigrasi dan bagasi, pukul 03.00 saya baru tiba di hotel. Sebuah hotel bintang 3 yang cukup nyaman, melebihi bayangan awal saya.

Oh iya, sebelum masuk Malaysia, pengunjung wajib mengisi kartu digital melalui website khusus imigrasi Malaysia yakni Malaysia Digital Arrival Card (MDAC).

Hari ke-2: Malaysia, kemegahan Kuala Lumpur

Kegiatan dimulai pukul 09.00 karena praktis rombongan baru beristirahat pukul sekitar 03.30. Hari kedua ini, rombongan akan diajak ke beberapa tujuan wisata di Malaysia.

Tujuan pertama adalah sebuah toko coklat terkenal di Malaysia. Terkenal enaknya karena emang kabarnya produk premium. Kandungan coklatnya banyak dan minim gula.

Meski tak bisa protes karena sudah masuk itinerary sejak awal, saya cukup heran dengan destinasi ini. Pasalnya kunjungan pertama, rombongan sudah diajak belanja.

Padahal sudah jelas bawaan di pesawat nanti tidak boleh lebih dari 7 kg atau harus beli ekstra bawaan kabin atau beli bagasi.

Apalagi harga produk coklat premium di tengah-tengah ibu kota Kuala Lumpur ini cukup mahal. Sekantong coklat 350 gram, dihargai RM77 atau hampir Rp300 ribu. Tapi harus diakui, harga tak pernah bohong, ha..ha...

Suasa kota Kuala Lumpur, Malaysia.Suasana kota Kuala Lumpur, Malaysia. Foto: CNN Indonesia/Suriyanto

Tujuan selanjutnya Menara Kembar Petronas yang pernah menyandang gedung tertinggi di dunia selama 6 tahun dari 1998 hingga 2004. Terdiri dari 88 lantai, gedung setinggi 407 meter ini kini berada di urutan 20. Menara kembar ini seolah jadi bukti sahih kemegahan Kuala Lumpur.

Meski sudah sering melihat gambar dan videonya, ada ketakjuban tersendiri saat melihatnya langsung. Bagian bawah menara kembar ini adalah mal yang boleh dimasuki pengunjung.

Tahun 2024, gelar gedung tertinggi menara kembar ini direbut oleh Taipei 101, gedung setinggi 508 meter di Taiwan.

Namun pesona menara kembar ini seolah tak lekang. Masih banyak pengunjung terutama turis asing berfoto dengan latar belakang gedung kembar ini.

Padahal tak jauh dari menara kembar ini, berdiri dengan gagah gedung Merdeka 118, sang pemegang gelar gedung tertinggi kedua di dunia setelah Burj Khalifa di Dubai. Tapi seolah daya tarik gedung 679 meter ini belum bisa menandingi Menara Kembar Petronas yang sudah terlanjur jadi ikon Malaysia.

Selesai di menara kembar, kami lanjut ke Putrajaya, ibu kota pemerintahan Malaysia yang jadi pusat administrasi. Di sinilah perdana menteri dan kantor-kantor kementerian Malaysia berada.

Susana kawasan pusat Pemerintahan Malaysia, Putrajaya.Susana kawasan pusat Pemerintahan Malaysia, Putrajaya. Foto: CNN Indonesia/Suriyanto

Jaraknya dari Kuala Lumpur hanya 35 km atau tak sampai 1 jam berkendara. Gedung-gedung pemerintahan berdiri megah di Putrajaya ini.

Saya berfikir, mungkin ide pemindahan ibu kota negara di Indonesia sebaiknya mencontoh Malaysia.

Pemindahan pusat pemerintahan Malaysia dari Kuala Lumpur ke Putrajaya ini terbilang berhasil jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Brasil atau Myanmar. Jangan bicara Indonesia dulu yang saat ini dengung keberadaan IKN tak seriuh seperti dulu saat penggagasnya, Jokowi, masih jadi presiden.

Tujuan selanjutnya adalah Kota Malaka atau Melaka. Jaraknya dari Putrajaya sekitar 150 km dan butuh waktu 2,5 jam.

Orang Malaysia lebih sering menyebut Bandar Melaka atau Melaka Bandaraya Bersejarah. Malaka adalah pelabuhan tua di Malaysia. Ini merupakan kawasan kota tua di mana pernah jadi pusat perdagangan dan peradaban Melayu pada masanya.

Kawasan kota tua Malaka, Malaysia. Malaka merupakan pelabuhan tua di Malayasia dan jadi kawasan bersejarah.Kawasan kota tua Malaka, Malaysia. Malaka merupakan pelabuhan tua di Malayasia dan jadi kawasan bersejarah. Foto: CNN Indonesia/Suriyanto

Di era penjajahan, Malaka pernah dikuasai, Portugis, Belanda hingga Inggris. Melaka merupakan salah satu Kota Warisan Dunia (World Heritage) yang dinobatkan oleh UNESCO.

Bangunan-bangunan peninggalan era penjajahan masih terawat dengan baik di sini. Termasuk benteng lengkap dengan meriam-meriam yang mengarah ke sungi besar yang membelah Kota Melaka.

Kota Melaka ramai dikunjungi wisatawan asing setiap harinya. Pengunjung yang banyak datang berasal dari Indonesia, India, China, hingga negara-negara eropa.

Tak lama kami di Malaka, hanya sekitar 45 menit. Sangat disayangkan. Dengan waktu sesempit itu, keindahan Malaka jelas tidak tereksplor walau hanya separuhnya. Namun saya tidak bisa berbuat banyak, inilah risiko ikut open trip.

Kawasan kota tua Malaka, Malaysia. Malaka merupakan pelabuhan tua di Malayasia dan jadi kawasan bersejarah.Sisa-sisa benteng di Kawasan kota tua Malaka, Malaysia. Malaka merupakan pelabuhan tua di Malayasia dan jadi kawasan bersejarah. Foto: CNN Indonesia/Suriyanto

Tujuan selanjutnya adalah Johor Baru. Butuh waktu sekitar 3 jam dari Melaka menuju wilayah paling selatan semenanjung Malaysia ini.

Johor Baru berbatasan langsung dengan Singapura. Hari kedua trip memang ke wilayah ini karena hari berikutnya kami akan menuju Singapura.

Di Johor Baru kami tak mendatangi tempat wisata apapun. Di Kota ini kami hanya menginap semalam sebelum esok harinya perjalanan dilanjut ke Singapura.

Halaman selanjutnya: Singapura, Negeri Singa Simbol Modern Asia Tenggara


Read Entire Article
| | | |