Jakarta, CNN Indonesia --
Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif impor bagi Indonesia sebesar 19 persen berdampak langsung pada sentra kerajinan mebel rotan di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Para pengrajin setempat kini harus berjuang mencari pasar alternatif karena ekspor ke Negeri Paman Sam itu selama ini sudah menurun drastis.
Trangsan dikenal sebagai desa wisata kerajinan rotan, di mana sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dari industri mebel berbahan rotan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, ekspor produk mebel rotan dari desa ini banyak dikirim ke AS dan Eropa, dengan pengelolaan pemasaran yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat.
Namun, sejak tarif impor 10 persen akan dinaikkan menjadi 19 persen, para pengrajin di Trangsan mulai merasakan dampaknya. Permintaan barang dari AS merosot tajam.
"Pengiriman barang ke Amerika menurun hingga 50 persen, apalagi kalau tarif baru (19 persen) ini jadi diberlakukan, banyak buyer dari Amerika yang sudah mulai membatalkan pesanannya," kata Salah satunya pengrajin Indriani Susilawati kepada CNN Indonesia TV, Jumat (18/7).
Menurut dia, tingginya tarif impor membuat harga jual menjadi tidak kompetitif, terlebih dengan biaya produksi yang terus meningkat dan ketersediaan tenaga kerja yang makin menipis.
"Buat kami, harganya (produksi) sudah cukup mahal, tenaga kerja semakin berkurang, ditambah order yang semakin kecil, itu menambah dampak yang luar biasa untuk sentra industri kerajinan rotan," ujarnya.
Untuk menjaga keberlangsungan usaha, para pengrajin kini mulai melirik pasar alternatif di kawasan Asia. Negara-negara seperti Vietnam, Thailand, dan Jepang menjadi target ekspor utama, menggantikan ketergantungan pada pasar AS.
"Kalau Australia itu aman karena tidak ada kendala. Apalagi saat perang Rusia-Ukraina kemarin, Australia juga tetap stabil," kata Indriani.
Data dari BUMDes Trangsan mencatat setiap bulan desa ini mengirim sekitar 170 kontainer mebel rotan ke luar negeri. Dari jumlah itu, sekitar 80 hingga 90 kontainer biasanya dikirim ke AS, dengan nilai per kontainer mencapai Rp180 juta hingga Rp350 juta.
Kini, dengan perubahan arah pasar, para pengrajin berharap dukungan pemerintah untuk membuka akses perdagangan yang lebih luas, terutama di pasar Asia.
(fdl/pta)