Dokter Ungkap Kualitas Nutrisi Pangan Kian Menurun, Benarkah?

1 day ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Pernahkah terbayang oleh Anda bahwa wortel yang baru saja dibeli, meski tampak segar, tapi kemungkinan tak lagi mengandung nutrisi yang sempurna? Beberapa ahli percaya bahwa kandungan nutrisi pada pangan seperti wortel terus mengalami penurunan karena faktor lingkungan.

Dokter spesialis anak di RS Tzu Chi Ian Suryadi Setja mengatakan, kemajuan zaman saat ini tak beriringan dengan kemajuan gizi. Di balik mudahnya mengakses berbagai hal termasuk makanan, tanpa disadari kualitas nutrisi dalam pangan terus mengalami penurunan.

"Sekarang ini, banyak yang mengalami defisiensi nutrisi. Tanah makin jelek, vitamin di sayuran menurun. Dalam lima tahun saja, kandungan nutrisi wortel bisa turun sampai 70 persen," kata Ian ditemui di kawasan Semanggi, Jakarta, Senin (2/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu penyebab utama adalah degradasi kualitas tanah. Tanah adalah sumber kehidupan bagi semua hasil pertanian. Namun, praktik pertanian intensif seperti over-harvesting (panen berlebihan), penggunaan pupuk kimia secara masif, dan minimnya rotasi tanaman membuat tanah kehilangan kesuburannya.

Tanah yang miskin unsur hara tidak mampu menumbuhkan tanaman yang kaya nutrisi. Alhasil, meski tomat, wortel, atau bayam terlihat segar, kandungan vitaminnya bisa jauh berkurang dibanding masa lalu.

Selain itu, proses distribusi dan penyimpanan juga memegang peranan penting. Sayuran dan buah dipanen sebelum matang. Tujuannya, agar tahan lama dalam perjalanan. Padahal, padahal kandungan nutrisinya cenderung belum sempurna.

"Begitu tiba di tangan konsumen, sebagian besar gizinya mungkin sudah hilang. Catatannya ini juga berlaku untuk daging atau protein hewani karena peternakan sejalan dengan pertanian," kata dia.

Tak hanya itu, Ian melanjutkan, kualitas daging juga tak luput dari perubahan. Peternakan modern banyak menggunakan pakan buatan, hormon pertumbuhan, serta antibiotik untuk mempercepat panen.

Hewan dipelihara dalam ruang sempit dengan gerak terbatas. Dampaknya, kandungan omega-3, protein berkualitas tinggi, dan lemak sehat dalam daging ikut menurun.

"Ini tentu berdampak pada anak-anak dan orang dewasa yang mengandalkan daging sebagai sumber gizi utama," kata dia.

Belum terbukti kuat

Healthy food. Healthy eating background. Fruit, vegetable, berry.  Vegetarian eating. SuperfoodIlustrasi. Beberapa ahli percaya bahwa kandungan nutrisi pada pangan terus mengalami penurunan. (iStockphoto/YelenaYemchuk)

Namun, tidak semua ahli sependapat dengan hal tersebut. Dokter spesialis gizi klinis Johannes Chandrawinata menyebut, penelitian ilmiah terkait hal tersebut belum terbukti kebenarannya.

"Sampai saat ini, belum ada bukti yang benar-benar kuat bahwa kandungan nutrisi pada makanan secara umum telah menurun signifikan," kata Johannes saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (3/6).

Kata dia, penurunan memang bisa saja terjadi. Namun, penurunan biasanya hanya terjadi pada kasus spesifik. Misalnya, ketika tanah di suatu daerah kekurangan mikronutrien seperti selenium maka tanaman yang tumbuh di sana akan ikut kekurangan selenium.

"Artinya, walau ada tren dan kekhawatiran terhadap penurunan kualitas nutrisi, fenomena ini belum bisa digeneralisasi secara global tanpa data yang konsisten dan valid," jelasnya.

Alih-alih mengkhawatirkan hal tersebut, Johannes menganjurkan masyarakat untuk tetap menjaga kualitas gizi pada real food.

Misalnya, memilih produk lokal dan segar. Pasalnya, pangan yang ditanam dan dipanen berdekatan dengan waktu konsumsi biasanya lebih bernutrisi.

Masyarakat juga diajak untuk lebih mengutamakan cara masak yang sehat seperti mengukus dan menumis ringan.

Selain itu, tak ada salahnya juga bagi Anda untuk mendukung pertanian organik yang ada di sekitar.

"Dukung pertanian organik dan berkelanjutan yang menjaga kualitas tanah dan lingkungan," ujar Johannes.

(tis/asr)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |