Jakarta, CNN Indonesia --
Ekonomi Indonesia berhasil tumbuh konsisten di angka 5,04 persen (year on year/yoy) pada kuartal III 2025. Ekspor dan investasi jadi penopang utama sepanjang periode tersebut.
Analis Senior dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P. Sasmita mengatakan capaian perekonomian kuartal III ini cukup baik di tengah ketidakpastian global. Dibandingkan dengan China, Singapura, dan Korea Selatan, perekonomian Indonesia jauh lebih baik.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap di atas 5 persen di tengah kondisi global yang belum kondusif, dalam hemat saya, menunjukkan bahwa daya tahan (resilience) ekonomi nasional masih cukup kuat dan prospeknya, masih cukup menjanjikan," kata Ronny kepada CNNIndonesia.com, Jumat (7/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan, pada kuartal III-2025 ini misalnya, China hanya berhasil tumbuh 4,8 persen. Realisasi ini turun dibandingkan kuartal II 2025 saat ekonomi China tumbuh 5,2 persen.
Sementara itu, Singapura tumbuh 2,9 persen, turun dari 4,5 persen di kuartal sebelumnya. Adapun Korea Selatan sebesar 1,7 persen.
"Jadi 5,04 persen itu terbilang lumayan karena kuartal tiga itu minim faktor pendorong konsumsi. China saja 4,8 persen," ujar Ronny.
Menurut Ronny, konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor penggerak utama perekonomian. Namun, memang belum bisa tumbuh maksimal dan hanya terealisasi 4,98 persen.
Meski demikian, ekspor yang berhasil tumbuh 9,91 persen dan investasi tumbuh 5,04 persen sepanjang kuartal III 2025 adalah hal menggembirakan. Keduanya menjadi penopang perekonomian bisa tetap bertahan di level 5 persen.
"Jika dilihat data detail PDB kuartal III dari BPS, memang faktor ekspor dan investasi menjadi dua penopang utama, selain konsumsi domestik yang terpantau relatif cukup stabil," jelas Ronny.
Ronny menyebutkan ekspor tumbuh tinggi ditopang oleh komoditas unggulan dalam negeri seperti batu bara, nikel, dan CPO.
Sementara itu, investasi baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh di atas 5 persen karena investor masih melihat adanya kepastian regulasi dan perbaikan iklim usaha di dalam negeri.
"Terutama di sektor hilirisasi dan manufaktur," imbuhnya.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi Indonesia pada kuartal III mencapai Rp431,48 triliun. Realisasi ini naik 15,24 persen (yoy).
Secara rinci, investasi dari PMDN tercapai sebesar Rp198,83 triliun dan PMA mencapai Rp232,65 triliun.
Ada beberapa faktor, kata Ronny, yang membuat ekspor dan investasi tetap tangguh meski gejolak global masih terbilang cukup tinggi.
Pertama, diversifikasi pasar ekspor Indonesia yang semakin luas, tidak hanya bergantung pada Amerika Serikat (AS) dan China, tapi juga ke Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika.
Infografis: Serba-serbi Pertumbuhan Ekonomi RI di Kuartal III 2025. (CNN Indonesia/Agder).
"Ke depannya diperkirakan akan semakin baik, setelah ada perjanjian dagang baru sama Uni Eropa dan Kanada," jelasnya.
Kedua, kejelasan strategi pemerintah terkait hilirisasi mulai menarik investor untuk menanamkan di sektor pengolahan sumber daya alam (SDA).
Ketiga, stabilitas makroekonomi dan kebijakan pemerintah masih terpantau konsisten dalam menjaga inflasi serta nilai tukar, meskipun sempat terjadi kekhawatiran ketika pergantian menteri keuangan. Hal ini turut menumbuhkan kepercayaan investor dan pelaku usaha, baik untuk memulai investasi baru maupun ekspansi usaha.
"Memang ada catatan di sektor manufaktur umum, yang masih agak kelabakan, terutama untuk tekstil, alas kaki, dan rokok. Namun demikian, ada substitusi dari sektor pertanian yang terpantau mulai agak membaik," terang Ronny.
Peran industri dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diakui Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Ia menyebut sektor manufaktur masih menjadi motor penggerak ekonomi nasional.
"Dengan capaian itu, sektor industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi terhadap ekonomi, yaitu sebesar 1,04 persen, menegaskan peran strategis sektor manufaktur sebagai motor penggerak ekonomi nasional," kata Agus dalam keterangan tertulis, Kamis (6/11).
Pada triwulan III 2025, ekspor nonmigas tumbuh 12,56 persen (yoy) dan dengan berkontribusi sebesar 85,21 persen terhadap ekspor nasional.
Lima produk manufaktur menjadi komoditas andalan ekspor nasional dengan pertumbuhan tertinggi pada kuartal III 2025. Produk-produk itu adalah lemak dan minyak hewan/nabati, besi baja, mesin dan peralatan listrik, perhiasan dan permata, serta kendaraan dan bagiannya.
"Produk manufaktur telah menjadi andalan dalam ekspor Indonesia keluar negeri. Hal ini tidak saja membuktikan daya saing perusahaan industri dalam negeri mampu bersaing dengan perusahaan industri negara lain, namun juga telah menjadi motor penggerak perekonomian. Pertumbuhan ekspor produk manufaktur pada kuartal ini juga terus berdampak terhadap surplus neraca dagang Indonesia," ucap Agus.
(ldy/dhf)














































