ESDM: Impor Minyak dan LNG dari Rusia Masih Dikaji

4 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menyatakan pemerintah Indonesia masih mengkaji lebih lanjut rencana impor minyak dan gas alam cair (LNG) dari Rusia.

Kajian ini mencakup sejumlah aspek penting, termasuk keberlanjutan pasokan, kecocokan harga, hingga kesesuaian dengan kilang dalam negeri.

"Jadi itu akan dievaluasi. Jadi ini untuk peningkatan impor dari banyak negara. Ya, kita lihat pertimbangannya, ini ketersediaan secara berkesinambungan itu yang pertama. Yang kedua ini dari sisi harga. Yang ketiga ini kesesuaian dengan kilang kita di dalam negeri," ujar Yuliot saat ditemui di kawasan Blok Cepu, Lapangan Banyu Urip, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis (26/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan karakteristik minyak dari tiap negara berbeda, tergantung pada lapangan produksinya. Oleh karena itu, spesifikasi minyak dari Rusia pun masih dipelajari lebih lanjut.

Yuliot menjelaskan pembahasan terkait rencana impor tersebut masih dilakukan oleh tim pemerintah.

Rencana kerja sama energi dengan Rusia tidak hanya mencakup minyak, tetapi juga LNG. Namun, ia menegaskan pemerintah juga tengah mengupayakan optimalisasi produksi LNG dari dalam negeri.

Di sisi lain, Yuliot memaparkan strategi jangka panjang pemerintah untuk meningkatkan lifting minyak nasional.

Ia menyebut produksi di Blok Cepu telah meningkat sebesar 30 ribu barel per hari. Capaian itu membuat target lifting minyak dalam APBN 2025 sebesar 605 ribu barel per hari dinilai realistis.

"Kalau kita lihat rata-rata produksi pada tahun lalu sekitar 570 ribu barel per hari, ya berarti target produksi yang ditetapkan APBN 605 ribu barel per hari akan bisa tercapai," jelasnya.

Ia menambahkan pemerintah membidik peningkatan produksi secara bertahap hingga mencapai 900 ribu hingga 1 juta barel per hari pada 2029.

Untuk merealisasikan target tersebut, Kementerian ESDM telah menyiapkan sejumlah langkah, mulai dari percepatan eksplorasi hingga penerapan teknologi peningkatan produksi seperti horizontal fracking. Ia juga menyebutkan terdapat 61 wilayah kerja yang telah ditawarkan kepada pelaku usaha migas.

"Dari sisi regulasi, kita juga akan mengevaluasi kembali seluruh regulasi yang terkait dengan kegiatan yang ada di hulu migas. Kita juga melihat insentif dalam peningkatan produksi ini apakah cukup atau perlu tambahan," katanya.

Selain itu, prosedur perizinan juga akan disederhanakan dengan sistem terintegrasi agar pelaku usaha lebih mudah dan efisien dalam menjalankan kegiatan produksi.

Sebelumnya, kerja sama energi antara Indonesia dan Rusia menjadi topik utama dalam pertemuan bilateral antara Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (19/6) di Istana Konstantinovsky, Saint Petersburg.

Dalam pertemuan tersebut, Rusia menyatakan minat untuk terlibat dalam eksplorasi dan produksi migas di Indonesia, termasuk menawarkan modernisasi infrastruktur ladang tua demi meningkatkan produktivitas.

Selain kerja sama proyek baru, Moskow juga menawarkan pasokan langsung minyak dan LNG ke Indonesia. Putin menyebut modernisasi infrastruktur sebagai langkah yang dapat meningkatkan produksi, terutama dari ladang migas yang selama ini dianggap kurang efisien.

Hingga kini, pembahasan teknis masih terus berlangsung antara kedua pihak. Pemerintah Indonesia berharap kolaborasi dengan Rusia tidak hanya dapat meningkatkan produksi migas nasional, tetapi juga membawa masuk teknologi tinggi ke industri energi dalam negeri.

(del/mik)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |