Harga Minyak Merosot Imbas Sentimen Ancaman Sanksi AS ke Rusia

8 hours ago 3

CNN Indonesia

Selasa, 15 Jul 2025 10:07 WIB

Harga minyak turun tipis pada perdagangan Asia, Selasa (15/7) pagi. Harga minyak turun tipis pada perdagangan Asia, Selasa (15/7) pagi. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Agus Triyono).

Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak turun tipis pada perdagangan Asia, Selasa (15/7) pagi. Pelemahan terjadi lantaran pasar mencerna tenggat waktu 50 hari yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump bagi Rusia untuk mengakhiri perang Ukraina dan menghindari sanksi terhadap pembeli minyaknya.

Kekhawatiran pasar atas tarif perdagangan Trump juga masih berlanjut.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 5 sen menjadi US$69,16 per barel pada pukul 00.00 GMT. Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 9 sen menjadi US$66,89.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua kontrak ditutup lebih rendah US$1 pada sesi sebelumnya.

Awal pekan ini, Trump mengumumkan senjata baru untuk Ukraina dan mengancam sanksi terhadap pembeli ekspor Rusia kecuali Moskow menyetujui kesepakatan damai dalam 50 hari.

Harga minyak sempat menanjak menyusul berita potensi sanksi, tetapi kemudian kehilangan keuntungan ini karena tenggat waktu 50 hari meningkatkan harapan bahwa sanksi dapat dihindari, dan para pedagang mempertimbangkan apakah AS benar-benar akan mengenakan tarif tinggi pada negara-negara yang terus berdagang dengan Rusia.

"Jeda ini meredakan kekhawatiran bahwa sanksi langsung terhadap Rusia dapat mengganggu aliran minyak mentah. Sentimen juga terbebani oleh meningkatnya ketegangan perdagangan," terang Ahli Strategi Komoditas Senior ANZ Daniel Hynes dalam sebuah catatan kepada klien.

Akhir pekan ini, Trump mengatakan ia akan mengenakan tarif 30 persen pada sebagian besar impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus, menambahkan peringatan serupa untuk negara-negara lain dan memberi mereka waktu kurang dari tiga pekan untuk menyusun kesepakatan kerangka kerja yang dapat menurunkan tarif yang diancamkan.

Tarif berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang dapat melemahkan permintaan bahan bakar global dan menekan harga minyak.

Di tempat lain, media Rusia melaporkan Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempekirakan permintaan minyak akan tetap "sangat kuat" hingga kuartal ketiga, menjaga pasar tetap seimbang dalam waktu dekat.

Pada Senin lalu, Goldman Sachs menaikkan prospek harga minyaknya untuk paruh kedua 2025, dengan mempertimbangkan potensi gangguan pasokan, menyusutnya persediaan minyak di negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), dan kendala produksi di Rusia.

[Gambas:Video CNN]

(sfr)

Read Entire Article
| | | |