CNN Indonesia
Selasa, 30 Des 2025 11:33 WIB
Harga minyak mentah turun tipis pada Selasa (30/12) setelah sempat menguat lebih dari 2 persen kemarin, di tengah aksi ambil untung di pasar komoditas. (Dok. AKR Corporindo)
Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak mentah dunia terkoreksi tipis pada perdagangan Selasa (30/12), setelah menguat lebih dari 2 persen pada sesi sebelumnya. Pelemahan ini terjadi di tengah aksi ambil untung investor di pasar komoditas.
Namun, ketegangan Rusia-Ukraina masih memicu kekhawatiran gangguan pasokan sehingga mengerem kenaikan harga minyak.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent kontrak Februari yang berakhir Selasa turun 21 sen atau 0,3 persen ke level US$61,73 per barel. Sementara kontrak Brent Maret yang lebih aktif berada di US$61,30 per barel, turun 19 sen atau 0,3 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat melemah 20 sen atau 0,3 persen ke posisi US$57,88 per barel.
Pada sesi sebelumnya, kedua kontrak tersebut ditutup melonjak lebih dari 2 persen setelah Moskow menuding Kyiv menargetkan kediaman Presiden Rusia Vladimir Putin. Tuduhan itu memicu kekhawatiran pasar akan potensi gangguan pasokan minyak global.
Analis Marex, Ed Meir menilai pelemahan harga minyak kali ini dipengaruhi oleh koreksi tajam di pasar logam mulia.
"Penjualan yang terjadi sekarang kemungkinan merupakan imbas dari pelemahan signifikan di logam mulia, yang biasanya berdampak ke hampir seluruh komoditas," ujar Meir.
Harga logam mulia memang anjlok tajam pada Senin (29/12), dengan perak dan platinum turun dari level tertinggi seiring investor merealisasikan keuntungan setelah reli harga.
Di sisi lain, Meir menilai pasar juga semakin pesimistis terhadap peluang tercapainya kesepakatan damai Rusia-Ukraina. "Saya pikir pasar mulai menyadari bahwa kesepakatan akan sangat sulit dicapai," katanya.
Ukraina sendiri telah membantah tuduhan Rusia tersebut dan menyebutnya tidak berdasar serta bertujuan merusak proses perundingan damai.
Ketegangan geopolitik yang meningkat dinilai berpotensi kembali mengangkat kekhawatiran gangguan pasokan dan menekan pergerakan harga minyak ke atas.
Selain itu, pelaku pasar juga mencermati perkembangan di Timur Tengah.
(ldy/pta)
















































