Jakarta, CNN Indonesia --
Perekonomian Jawa Timur (Jatim) di kuartal III tahun 2025 menunjukkan pertumbuhan inklusif secara quarter to quarter (QTQ) terhadap kuartal II/2025 sebesar 1,70 persen.
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menyatakan menyambut capaian positif oleh Badan Pusat Statistik (BPS) ini, yang dinilai membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kekuatan utama dalam menjaga pertumbuhan ekonomi Jatim yang stabil dan inklusif.
"Alhamdulillah, secara QTQ ekonomi Jatim tumbuh 1,70 persen, angka ini adalah pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Pulau Jawa. Ini menunjukkan daya tahan dan soliditas ekonomi Jatim yang luar biasa," kata Khofifah di Surabaya, Selasa (11/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, secara year-on-year (YOY) terhadap kwuartal III/2024, perekonomian Jatim tumbuh 5,22 persen. Pertumbuhan tersebut tercatat di atas pertumbuhan ekonomi nasional secara (QTQ) terhadap kuartal II/2025 sebesar 1,43 persen, sementara secara YoY tumbuh 5,04 persen.
"Dengan angka tersebut, Jatim tercatat penyumbang perekonomian terbesar kedua di Pulau Jawa sebesar 25,65 persen, dan nasional sebesar 14,54 persen," tutur Khofifah.
Industri Pengolahan tercatat sebagai penyumbang sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,87 persen, sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 9,18 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen PMTB memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 5,25 persen.
Sementara dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Jasa Perusahaan sebesar 9,89 persen, dengan pertumbuhan tertinggi sisi pengeluaran terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 7,19 persen.
"Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi (q-to-q) adalah pertumbuhan sektor pertanian. Karena masuk masa puncak panen tebu dan masuk masa panen tembakau," tambah Khofifah.
Selain itu, juga terjadi peningkatan distribusi listrik dan gas untuk industri dan rumah tangga, serta peningkatan progres proyek infrastruktur dan peningkatan realisasi investasi.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi YoY adalah peningkatan realisasi investasi, jumlah wisawatan nusantara, dan ekspor luar negeri. Dalam konteks ini, pertumbuhan komponen ekspor barang dan jasa didorong oleh peningkatan ekspor komoditas perhiasan seperti permata.
Perdagangan ke luar provinsi juga mengalami peningkatan karena program misi dagang antara Jawa Timur dengan beberapa provinsi seperti Kalimantan Selatan, Lampung, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Selatan
"Terakhir di Nusa Tenggara Timur mampu mencatatkan transaksi tertinggi sepanjang sejarah misi dagang yaitu mencapai Rp 1,882 triliun," ujar Gubernur Khofifah.
Data BPS juga mencatat kinerja ekspor Jatim yang meningkat 20,23 persen (CTC) selama periode Januari-September 2025, senilai US$3,86 Miliar. Adapun neraca perdagangan Jawa Timur mengalami surplus sebesar US$1,33 miliar.
Menurut Khofifah, hal ini membuktikan bahwa daya saing produk ekspor Jawa Timur meningkat. Negara tujuan ekspor non-migas tercatat masih didominasi Swiss, China, dan Amerika.
Khofifah menyatakan, capaian pertumbuhan ekonomi ini adalah bukti sejalan dengan semangat "Jatim Tangguh, Terus Bertumbuh" yang mengalir dalam denyut pembangunan daerah.
"Tangguh berarti kemampuan Jawa Timur menghadapi tekanan global tanpa kehilangan arah. Terus Bertumbuh berarti konsistensi memperkuat produktivitas, memperluas investasi, dan menjaga kesejahteraan rakyat," ungkapnya.
Lebih lanjut, Khofifah juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh komponen masyarakat dan dunia usaha dan industri atas capaian terbaru ini. Menurutnya, keberhasilan ini tidak lahir secara kebetulan, melainkan hasil kerja bersama dari seluruh pihak.
"Ini bukti ketangguhan dan kolaborasi seluruh kekuatan ekonomi daerah. Semangat ini adalah wujud dari filosofi Jatim Bisa, bahwa dengan kerja keras, gotong royong, dan inovasi, kita mampu menjaga ketahanan sekaligus menciptakan pertumbuhan yang berkualitas," pungkas Khofifah.
(rea/rir)
















































