Mahasiswi IPB Diduga Korban Pemukulan saat Bentrok Pekerja TPL-Petani

2 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Mahasiswi Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University, Feny Siregar diduga menjadi korban pemukulan security PT Toba Pulp Lestari (TPL) saat melakukan riset tugas akhir skripsi.

Kabar itu dikonfirmasi IPB lewat keterangan tertulis. Insiden dilaporkan terjadi di kawasan Danau Toba, Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin, (22/9).

Rektor IPB University, Arif Satria menyampaikan keprihatinan atas insiden tersebut, dan mengatakan pihaknya bakal mengambil langkah yang diperlukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami sangat prihatin pada kasus yang menimpa Saudari Feny, yang menjadi korban pemukulan. IPB University akan segera melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menindaklanjuti kasus tersebut," kata Arif dalam keterangannya, Selasa (23/9).

Arif mengaku telah menugaskan Dekan Fema IPB University, Sofyan Sjaf untuk berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk dengan Polda Sumatera Utara untuk mengumpulkan fakta dan kronologi kejadian.

IPB, lanjut dia, menegaskan sikap untuk memberikan perlindungan kepada Feny selaku mahasiswanya.

"Pada prinsipnya, kami berkomitmen untuk memberikan perlindungan kepada mahasiswi kami," katanya.

Sementara, Dekan Fema IPB University, Sofyan Sjaf mengaku akan segera bertolak ke lokasi. Dia bakal berkoordinasi dengan Polda Sumut untuk mendalami insiden tersebut.

"Kami juga akan bertemu dengan Saudara Feny dan keluarga untuk memastikan kondisi kesehatan fisik dan mental Feny tertangani dengan baik," ungkap Sofyan.

Feny Siregar buka suara

Feny Siregar, mahasiswi semester IX IPB mengaku sedang melakukan penelitian skripsi tentang petani di areal konflik agraria dalam perspektif gender dengan obyek Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut yang terletak di kawasan Danau Toba, Desa Sihaporas.

Saat kejadian penyerbuan ratusan pekerja PT TPL, Senin siang, Feny mengaku tengah bersama warga. Ia pun mendokumentasikan foto dan video pemukulan serta penganiayaan oleh pekerja TPL. Akibatnya, Feny jadi korban kekerasan.

"Saya dikejar-kejar pekerja TPL. Mungkin karena saya mengenakan jaket kampus IPB," kata Feny lewat keterangan tertulis.

Saat itu, ratusan pekerja TPL menggunakan mobil truk masuk ke wilayah konflik agraria dengan lahan Lamtoras, yang telah mereka Huni turun-temurun 11 generasi.

"Saya sembunyi di Posko yang juga hunian masyarakat adat. Saat pekerja TPL memukuli warga, saya juga dipukul. Mengira saya pihak LSM sebagai provokator padahal saya sudah bilang mahasiswa. Kepala saya kena pukul kayu alat pekerja TPL," Kata Feny yang kini dirawat di Rumah Sakit Harapan, Pematangsiantar.

"Waktu mereka memukuli saya, mereka bilang. 'Kau provokator kan. Kau bukan mahasiswa, tapi kau dari LSM kan'," kata Feny

Feny mengaku bagian kepalanya kena pentungan dan bengkak. Dalam situasi chaos, jaket almamater IPB yang lepas dari tubuh Feny, tertinggal di Posko LAMTORAS. 

Di sisi lain, Sekretaris Umum Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita Sihaporas (Lamtoras) Marihot Ambarita mengatakan, terdapat 33 orang korban luka-luka akibat aksi  pekerja PT TPL. Di antara korban ada perempuan dan anak.

"Di antaranya, anak Dimas Ambarita, usia 17 tahun. Dimas penyandang disabilitas, kaki tidak normal, kesulitan berjalan," katanya.

Selain, Feny, Putri Ambarita (25), juga mengalami luka serius. Lulusan Sarjana Teknik Informatika Universitas Prima Medan ini tengah bersama Feny Siregar, di Posko.Feny menjelaskan Putri adalah kakak kandung Dimas. Mereka bermaksud melindungi Dimas agar tidak dipukuli pekerja TPL.

"Kak Putri sampai berlutut memohon agar tidak dipukuli. Namun pekerja TPL tidak peduli. Kami dihajar," Kata Feny.

"Menurut dokter, kondisinya parah. Agak linglung. Jadi kata dokter akan dibawa untuk konsultasi lanjutan ke psikolog atau psikiater," katanya.

Fany juga mengatakan dua orang ibu bernama Delima Sinaga dan Rosnawati Ambarita jadi korban pemukulan.

Kepala Desa Sihaporas tahun 2002-2004, Baren Ambarita, mengatakan perlakuan pekerja TPL memang beringas.

"Pekerja bersenjata pentungan kayu, tameng rotan, helm dengan penutup wajah. Mereka beringas memukuli warga masyarakat adat. Saat kami ajak dialog, massa pekerja TPL berteriak, tidak ada lagi dialog," katanya.

Sebelumnya, Tim Advokasi Masyarakat Adat Nusantara, Boy Raja Marpaung mengatakan penyerbuan bermula saat puluhan petani yang tergabung Lamtoras sedang berladang Senin pukul 07.00 WIB. Tiba tiba rombongan pekerja TPL datang dengan 10 kendaraan, terdiri dari 7 truk dan 3 mobil pribadi.

"Para pekerja PT TPL itu mengenakan seragam hitam-hitam, membawa parang bengkok, tongkat listrik, rotan, kayu, hingga tameng. Mereka datang sekitar 150 orang, mirip pasukan anti huru-hara," ujar Boy Raja Marpaung kepada CNNIndonesia.com, Selasa.

Boy menyebutkan awalnya sempat terjadi perdebatan antara petani dan rombongan pekerja TPL. Namun, suasana memanas ketika salah seorang perempuan masyarakat adat dipukul hingga giginya copot.

"Kemudian para petani panik dan bentrok pecah. Petani dipukul mundur. Keributan semakin meluas ketika sekitar 500 pekerja dan petugas keamanan TPL datang kembali. Mereka bahkan merusak tanaman kopi, jahe, dan jagung, serta menghancurkan alat pertanian," jelasnya.

Di sisi lain, Corporate Communication Head PT TPL, Salomo Sitohang, mengatakan peristiwa bermula ketika rombongan pekerja hendak menuju lokasi pemanenan dan penanaman eukaliptus.

Namun, di tengah perjalanan mereka diadang sekelompok orang yang melakukan pelemparan batu serta memblokir jalan dengan kayu gelondongan.

Akibat konflik, sedikitnya enam orang pekerja PT TPL mengalami luka-luka dan dua unit mobil operasional dibakar. Seluruh korban telah dibawa ke RSUD Parapat untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Perusahaan juga sudah melaporkan kejadian ini ke pihak berwenang," ujar Salomo dalam keterangan tertulis.

(thr/dal)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |