Pakar Ungkap Potensi Kanibalisme Pasar Otomotif, Ini Dampaknya

3 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Lonjakan jumlah merek mobil baru di Indonesia diprediksi tidak akan berlangsung lama. Persaingan yang kian ketat di tengah lemahnya daya beli masyarakat saat ini justru membuat pasar otomotif nasional memasuki fase 'hyper competition', atau kondisi ketika kompetisi antar merek menjadi sangat sengit dan intens.

Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan fenomena ini berpotensi menimbulkan 'kanibalisme pasar'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam kondisi pasar EV yang belum mapan dan masih berkembang ini, jumlah merek yang begitu banyak untuk merebut segmentasi pasar yang masih terbatas ini justru dapat menimbulkan fenomena kanibalisme pasar," kata Yannes dalam pesan singkat, Kamis (6/11).

"Situasi ini terjadi ketika merek-merek mobil saling memakan segmentasi pasar satu sama lain," katanya lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyampaikan gejala ini sudah mulai terlihat melalui berbagai praktik agresif, misalnya pemberian diskon besar-besaran dan strategi 'bakar uang', hingga 'banting harga' demi menarik minat konsumen.

Jika fenomena ini berjalan dalam jangka panjang, bukan tidak mungkin bisa menggerogoti keuangan perusahaan, terutama terhadap pemain yang modal dan fondasi bisnisnya belum paten.

"Fenomena ini dalam durasi panjang jelas berpotensi untuk menggerogoti keuangan perusahaan, terutama bagi yang secara modal dan fondasi bisnisnya belum cukup kuat," katanya.

"Diskon besar dan bakar modal yang berlebihan untuk memenangkan pasar tentunya bisa melemahkan likuiditas dan menggerus potensi keuntungan mereka, sehingga hanya perusahaan dengan sumber daya lebih besar, manajemen yang lebih solid, dan strategi yang cermat yang mampu survive," ucap dia lagi.

Sedangkan perusahaan yang tidak mampu bertahan dengan tekanan tersebut, ujung-ujungnya terpaksa mundur dan keluar dari pasar.

"Itu sebagai sebuah konsekuensi logis kekalahan pertarungan dalam proses seleksi pasar yang semakin keras," kata dia.

Pernyataan ini sekaligus mengamini ramalan Chery mengenai kondisi pasar otomotif Tanah Air dalam beberapa waktu ke depan.

Wang Peng, COO Chery Sales Indonesia (CSI), menyampaikan sejumlah perusahaan diproyeksi tersingkir akibat proses 'seleksi alam' di industri otomotif dalam negeri. Mereka akan gugur satu per satu, berkaca dari sejumlah kejadian di negara asalnya, China.

Chery merupakan salah satu merek mobil asal China yang memutuskan kembali ke Tanah Air. Selain Chery, ada banyak lagi merek asal China yang kini meramaikan pasar dalam negeri seperti GAC Aion, Xpeng, Neta, BYD, Baic, Jetour, dan masih banyak lagi.

"Di masa depan, mungkin hanya akan tersisa beberapa pemain besar saja. Sekarang mungkin ada 10-15 brand, tapi 5 atau 10 tahun lagi mungkin hanya akan tersisa kurang dari 10 pemain, termasuk dari China, Jepang, dan beberapa negara lain. Itu akan menjadi tren," kata Wang Peng, COO Chery Sales Indonesia (CSI) di dealer Jaecoo Mampang, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Ia menjelaskan berkompetisi antar sesama merek di China sendiri sangatlah berat. Semua pabrikan bersaing secara ketat, dan fenomena di negeri panda itu akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan di Indonesia. Bagi dia hanya merek dengan fondasi kuat yang akan bertahan.

"Tapi kita juga perlu belajar dari sejarah (di China). Beberapa brand sebelumnya gagal karena tidak cukup kuat untuk masuk ke pasar luar negeri. Ada juga perusahaan di China yang kini hampir tutup," ucap dia.

"Karena itu, penting bagi kita untuk memilih perusahaan dan brand yang besar dan kuat. Bukan hanya banyak produk, tapi juga memiliki fondasi yang solid," ucap Wang.

(ryh/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |