CNN Indonesia
Rabu, 18 Jun 2025 07:48 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesian Mining Association (IMA) mengungkapkan alasan perusahaan batu bara sulit mengeksplorasi tambang baru.
Direktur Eksekutif IMA Hendra Sinadia mengatakan eksplorasi tambang memang tinggi risiko. Rasio kesuksesan eksplorasi tambang secara global katanya hanya 5 persen.
"Jadi kebayang kalau eksplorasi US$100 juta dolar, ya success ratio-nya mungkin cuma 5 ya. (Dari) 100 bor mungkin hanya 5 yang ditemukan cadangan," terangnya dalam acara media briefing & peluncuran laporan Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty di Hotel Ashley Wahid Hasyim, Rabu (17/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, sambungnya, rasio kesuksesan eksplorasi tambang jauh lebih kecil dibandingkan rata-rata global.
Pasalnya, jaminan kepastian bagi perusahaan yang melakukan eksplorasi untuk bisa melanjutkan kegiatan komersial lebih sulit lantaran masalah perizinan.
"Mungkin ada aturan divestasi, izin kehutanan. Sehingga success ratio-nya bahkan di bawah global average. Jadi 2,5 sampai 3 persen," katanya.
Hendra mengatakan aset-aset tambang batu bara maupun nikel saat ini sebagian besar merupakan hasil penemuan di tahun 1980-an hingga 1990-an. Secara praktiknya, sudah tidak ada cadangan baru yang didapat sejak 1990-an.
Lebih lanjut, Hendra menjelaskan perusahaan yang melakukan eksplorasi tambang pada 1980-an hingga 1990-an merupakan junior mining company. Perusahaan-perusahaan tersebut mengumpulkan dana atau modal dari pasar saham serta siap mengambil risiko untuk eksplorasi.
"Itu dulu lebih dari 100 perusahaan, mostly from Australia and Kanada. Setelah 20 tahun terakhir ini, bahkan kalau sekarang itu mungkin udah dihitung dengan jari perusahaan-perusahaan yang stay di sini, katanya.
Hendra mengatakan untuk eksplorasi dibutuhkan investasi terutama yang berasal dari luar negeri.
"Kalau eksplorasi dari pemain-pemain lokal itu sangat kecil. Nah, jadi konteks ini memang bisa dilihat dan sebagian besar kita enggak ada investasi baru. Jadi eksplorasi-nya juga drop. Nah, kunci untuk mendorong itu tentu harus dilihat lagi kebijakan, aturan-aturan, izin-izin," ujarnya.
(fby/sfr)