Suhu Malam Dingin di RI, BMKG Sebut Bukan Gegara Fenomena Apheliion

7 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena aphelion bukan penyebab suhu dingin yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia selama beberapa waktu terakhir, melainkan disebabkan udara kering dari benua Australia.

"Jadi suhu yang sifatnya terasa lebih dingin khususnya malam itu, sebenarnya sifat musiman yang karakteristiknya khas terjadi, kalau masyarakat Jawa bilangnya bediding," ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan dalam Konferensi Pers Perkembangan Cuaca Ekstrem dan Iklim secara daring, Senin (7/7).

"Itu sebenarnya tidak ada kaitannya dengan dengan fenomena Aphelion secara sebab akibat, tetapi dia memang pada saat yang bersamaan," katanya lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ardhasena menjelaskan fenomena aphelion terjadi setiap tahun, tetapi ini bukan penyebab cuaca dingin yang terjadi. Ia menyebut cuaca dingin yang terjadi saat ini disebabkan monsun Australia yang lebih kering.

Hal tersebut menyebabkan malam terasa lebih dingin dan suhu di siang hari pun tidak terlalu panas.

"Mengenai hawa dingin yang sekarang itu sebenarnya lebih didominasi oleh kejadian yang di selatan khatulistiwa, khususnya yang di Pulau Jawa, Jawa Tengah, Jawa Timur. Itu karena udara kering yang dari Australia, monsun Australianya sifatnya lebih kering," tuturnya.

"Sehingga ketika malam itu terasa lebih dingin dan siang pun tidak sepanas pada saat bulan-bulan lainnya, di mana uap air lebih banyak dan kita merasakan lebih sumuk," imbuhnya.

Lebih lanjut, Ardhasena mengatakan fenomena aphelion dan udara kering dari Australia secara waktu terjadi pada periode yang sama.

Menurut dia jika aphelion adalah penyebab cuaca dingin, maka seharusnya fenomena dingin terjadi di seluruh wilayah Bumi, karena aphelion adalah fenomena dengan skala planet.

Aphelion sendiri merupakan fenomena ketika Bumi berada pada titik terjauhnya dengan Matahari. Kata aphelion berasal dari Yunani apo yang berarti jauh dan helios yang berarti Matahari.

Bumi mengorbit Matahari dalam bentuk elips kecil. Ada saat-saat ketika Bumi berada paling jauh dari Matahari (aphelion) dan saat-saat ketika Bumi berada paling dekat dengan Matahari (perihelion).

Pada pukul 15.54 EDT hari Kamis (3/7) atau 02.54 WIB pada Jumat (4/7), planet kita mencapai aphelion. Bumi berada pada jarak 152 juta kilometer dari Matahari.

Meski bukan penyebab cuaca dingin di wilayah Indonesia, bukan berarti aphelion tidak berpengaruh. NASA menyebut planet-planet bergerak lebih cepat di perihelion dan lebih lambat di aphelion.

Dikarenakan titik balik Matahari bulan Juni terjadi dekat dengan aphelion, musim panas di Belahan Bumi Utara berlangsung beberapa hari lebih lama daripada musim panas di Belahan Bumi Selatan, seperti dilansir Forbes.

(lom/fea)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |