CNN Indonesia
Rabu, 25 Jun 2025 11:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Iran dan Israel sepakat gencatan senjata pada Selasa (24/6) usai berperang selama 12 hari hingga memicu kekhawatiran Perang Dunia III pecah usai Amerika Serikat ikut-ikutan gempur Teheran.
Sebelum sepakat gencatan, Iran meluncurkan serangan balik ke pangkalan Amerika Serikat terbesar di Timur Tengah, Al Udeid, di Qatar.
Qatar murka dan mengecam Iran. Mereka menyebut punya hak untuk membalas tapi di saat yang menyerukan deeskalasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iran mengambil tindakan tersebut sebagai respons usai Amerika Serikat campur tangan dalam perang untuk membantu Israel menghancurkan situs nuklir mereka.
Tak lama setelah itu, Presiden Donald Trump sesumbar ke dunia Iran-Israel akan gencatan senjata dan mengakhiri pertempuran.
Pernyataan Trump seolah ingin menunjukkan peran AS dalam perang sekaligus sebagai mediator. Namun, pencapaian gencatan Iran-Israel juga ada campur tangan Qatar.
Qatar membantu menengahi gencatan senjata, terlibat diam-diam dengan sekutu Israel di Amerika dan dengan pemerintah Iran di belakang layar.
Tiga diplomat yang mengetahui masalah itu mengatakan Qatar melakukan intervensi ke pemerintahan Iran atas nama AS, demikian dikutip New York Times.
Mereka juga mengatakan Trump memberi tahu emir Qatar bahwa Israel sepakat gencatan senjata yang diusulkan AS. Ketiga diplomat itu lantas mengatakan politikus Republik itu meminta Doha mengajak Iran bergabung dengan proposal tersebut.
Salah satu pejabat Gedung Putih bahkan mengatakan emir Qatar punya peran penting dalam gencatan senjata.
Beberapa pengamat menyadari sikap Qatar dari mulai mengecam, menyerukan deeskalasi, hingga memanggil duta besar.
Mantan duta besar Inggris untuk Qatar, Nicholas Hopton menilai sikap Qatar dari membela hak ke mediator menunjukkan sikap koreografi.
Direktur Program Timur Tengah dan Afrika Utara di Chatham House punya sebutan sendiri untuk menggambarkan karakter Qatar.
"Apa yang terjadi menunjukkan Qatar dapat menerima pukulan namun tetap bersikap pragmatis,"
Qatar menyadari pangkalan AS di negaranya akan jadi sasaran Iran. Wakil Kepala Staf untuk Operasi Gabungan Mayjen Shayek Misfer Al Hajri menyebut serangan ke Al Udeid sudah direncanakan dan mayoritas rudal berhasil dicegat.
Qatar telah menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Iran dibanding sebagian besar negara Teluk Persia lain. Qatar juga telah memainkan peran utama dalam memediasi Israel dan Hamas sejak agresi pemerintahan Benjamin Netanyahu.
Jik menyerang negara Teluk Persia lain, Iran mungkin akan memasuki wilayah yang lebih rumit.
Markas besar Armada ke-5 Angkatan Laut AS di Bahrain dan instalasi minyak Arab Saudi juga bisa menjadi sasaran. Namun, hubungan diplomatik Iran dengan dua negara Teluk Persia lainnya masih baru dan relatif goyah.
(isa/rds)