CNN Indonesia
Selasa, 22 Jul 2025 20:16 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Israel masih bernafsu memerangi Iran di saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan menyerang fasilitas nuklir Teheran lagi
Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Eyal Zamir menyatakan perang melawan Iran belum berakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataan pada Selasa (22/7), Zamir mengatakan Iran dan proksinya di Timur Tengah tetap dalam pengawasan ketat Israel, terlepas dari gencatan senjata yang saat ini sedang berlaku.
"Iran dan aliansinya tetap dalam pengawasan kami. Perang melawan Iran belum selesai," ucap Zamir, seperti dikutip Times of Israel.
Ini merupakan pernyataan terbaru yang diutarakan Israel di tengah gencatan senjata dengan Iran. Tel Aviv dan Teheran pada Juni saling berperang hingga Amerika Serikat turun tangan memediasi gencatan.
Perang kedua negara itu meletus karena ketakutan Israel akan ancaman nuklir Iran. Israel menuding Iran sudah memiliki kemampuan nuklir yang nyaris bisa memproduksi senjata pemusnah massal.
Seiring dengan tudingannya itu, Israel membombardir situs-situs nuklir dan militer Teheran. Israel juga membunuh ilmuwan-ilmuwan nuklir serta pejabat tinggi militer Iran.
Tiga situs nuklir Iran, yakni Isfahan, Natanz, dan Fordow hancur usai diserang AS, karena bujukan Israel. Meski situs nuklirnya rusak, Teheran mengeklaim sistem pertahanan udaranya telah pulih pasca dibom Tel Aviv.
Dalam pernyataan yang sama, Zamir pun menekankan bahwa IDF mesti "beroperasi secara ofensif" di berbagai arena di sepanjang perbatasan.
Ia juga meminta prajurit untuk terus memperkuat pertahanan udara Israel.
"Kami akan menjaga superioritas udara dan meningkatkan upaya intelijen," katanya.
Dalam kesempatan itu, Zamir juga mengatakan bahwa perang di Gaza merupakan salah satu konflik paling kompleks yang pernah dihadapi IDF.
Ia menyoroti banyaknya prajurit yang tewas selama berperang di Jalur Gaza.
Agresi Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 59 ribu warga Palestina, mayoritas anak-anak dan perempuan. Lebih dari 142 ribu orang juga terluka dalam agresi itu.
Agresi brutal yang telah berlangsung sejak Oktober 2023 itu terus menjadi perhatian komunitas internasional. Pasalnya, warga Gaza dilanda kelaparan akut, sementara Israel terus memblokade maupun membatasi bantuan kemanusiaan yang masuk.
(isa/bac)