Jakarta, CNN Indonesia --
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menuturkan dampak perubahan skema penyaluran beras Bulog usai terkena audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Data Bapanas mencatat penyaluran beras Bulog pada tahun ini bahkan menjadi yang terendah sejak 2008. Beras dari gudang pemerintah itu baru tersalurkan 0,7 juta ton ke pasar hingga 12 Agustus 2025.
"Ada perbedaan penyaluran (beras Bulog) sekarang dengan sebelumnya. Kalau sebelumnya itu kita bisa salurkan yang 50 kg, jadi cepat. Dibeli penggilingan padi, kemudian membantu untuk memproduksi (kemasan 5 kg)," ungkap Arief dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta Pusat, Kamis (4/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini kita salurkan bentuk 5 kg, kemudian langsung ke outlet. Itu rekomendasi dari BPK karena dilihat tidak seperti targetnya kalau diberikan kepada penggilingan padi 50 kg, disinyalir tidak benar. Makanya cetak 5 kg, kirim. Jadi, kelihatannya agak lambat," tuturnya.
Arief berjanji pihaknya akan mendorong penyaluran beras pemerintah tersebut. Ia menegaskan beras Bulog memang harus disalurkan secara cepat ke pasar.
Ia juga mengaku sudah berbicara dengan Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani karena penugasan BUMN pangan itu ada di tangan Bapanas. Namun, Arief skeptis sisa cadangan beras Bulog bisa tembus 1,5 juta ton pada akhir 2025 setelah percepatan penyaluran.
"Kita sampaikan Bulog supaya tetap menyalurkan dalam kondisi apapun. Kebayang kalau Bulog menyalurkan 100 ribu ton-150 ribu ton, apabila kita salurkan terus-menerus pun akan sangat sulit (sisa cadangan beras) stok Bulog di 1 juta ton-1,5 juta ton (akhir 2025). Ini PR (pekerjaan rumah) kita semua supaya secepatnya," tegas Arief.
Di lain sisi, Badan Pangan Nasional mendapatkan peringatan khusus dari Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Soeharto.
Titiek meminta Arief menggunakan kewenangannya sebagai bos Bapanas agar Perum Bulog segera menyalurkan berasnya. Ia mendesak Bapanas jangan hanya sekadar menyampaikan saran atau usul, tapi harus langsung mengeksekusi.
Politikus Partai Gerindra itu tak mau pemerintah justru hanya menimbun beras agar terlihat punya cadangan beras pemerintah (CBP) melimpah di gudang Bulog.
"Saya sudah berulang kali dari Februari (2025) mengatakan bahwa stok beras yang ada di Bulog itu harus berputar. Jangan disimpan (di gudang), apalagi disimpan sampai lebih dari satu tahun," tegas Titiek.
"Jadi, tolong ini dikoordinasikan supaya janganlah kita nyimpan-nyimpan (nimbun) stok hanya untuk supaya kita bisa punya cadangan beras yang besar tahun ini. Bapak jangan bilang mengusulkan-mengusulkan, bapak punya wewenang untuk itu!" sambungnya.
Bapanas memaparkan cadangan beras Bulog per 3 September 2025 adalah 3,95 juta ton. Itu terdiri dari CBP 3,94 juta ton serta stok komersial sebesar 15 ribu ton.
"Baik bu, dilaksanakan," timpal Arief soal perintah Titiek.
(skt/agt)