Jakarta, CNN Indonesia --
Bos Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi meminta Badan Pusat Statistik (BPS) mengecek ulang data produksi beras di lapangan, imbas keluhan masyarakat soal beras langka dan harga mahal.
Arief mengaku sudah menghubungi langsung Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti untuk menindaklanjuti masalah perberasan di Tanah Air. Ia meminta BPS menyampaikan data perkiraan produksi beras terbaru, jika memang ada koreksi.
"Saya sudah menghubungi kepala BPS, supaya tolong cross check baik-baik (data produksi beras 2025). Seperti perintah dari bapak semua, jangan hanya terlena dengan angka yang ada di komputer saya. Ini memang (data) BPS, tapi harus dirasakan juga dalam kondisi di lapangan hari ini," tuturnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta Pusat, Kamis (4/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini (data produksi beras) kok rasanya belum pas, kok harga naik? Kita semua sudah sepakat menggunakan BPS, tapi apakah BPS sudah mengoreksi? Ada wereng, keong, hama tikus, ada enggak koreksinya? Hama penyakit itu sudah ditanggulangi dengan baik atau belum? Jadi, ini buat kita koreksi sama-sama," imbuh Arief.
Berdasarkan data produksi beras dari BPS yang dipegang Bapanas, total produksi beras pada Januari 2025-Oktober 2025 tembus 31,04 juta ton. Data itu lebih tinggi 3,37 juta ton alias 12,18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di lain sisi, perkiraan total konsumsi beras Januari 2025 hingga Oktober 2025 adalah 25,83 juta ton. Hal tersebut menunjukkan seharusnya neraca produksi beras akan surplus 5,20 juta ton pada tahun ini.
"Per Oktober (2025), 31 juta ton (31,04 juta ton). Artinya, kebutuhan kita setahun ini sudah selesai. Tinggal nanti kelebihannya di November 2025-Desember 2025. Jangan sampai kita terlena," beber Arief.
"Begitu kita sekarang menggunakan satu data dari BPS, ya kita harus tanya, 'Sampai di mana (validitas data BPS)?', makanya saya menanyakan. Kalau sudah seperti ini, sudah, berarti kita sudah cukup (dan) enggak perlu apa-apa lagi," sambung Arief.
Ia menekankan tugas Bapanas adalah terus melakukan check and balance. Salah satu langkah yang ditempuh Arief Dkk adalah menyamakan kondisi di lapangan dengan data BPS yang dipegang Badan Pangan Nasional.
Berdasarkan data kerangka sampel amatan (KSA) BPS yang diolah Bapanas, produksi beras untuk keseluruhan 2025 diperkirakan mencapai 33,93 juta ton. Ia menegaskan jumlah tersebut sudah cukup, jika memang datanya benar dan sesuai kondisi di lapangan.
"Nanti saya disalahkan Bu Ketua (Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Suharto) kalau enggak bilang bahwa di lapangan ada sedikit kendala, misalnya. Jadi, mari sama-sama kita cek ... Mari sama-sama kita fact finding di lapangan, ada challenge apa sih kok harga (beras) itu naik?" tandasnya.
(skt/pta)