Diprotes Keras, Israel Buka Jalur Udara untuk Kirim Bantuan ke Gaza

6 hours ago 1

CNN Indonesia

Minggu, 27 Jul 2025 09:45 WIB

Israel akhirnya membuka kembali pengiriman bantuan ke Gaza via udara pada Sabtu (26/7). Opsi yang dinilai mahal dan membahayakan warga Gaza. Israel akhirnya membuka kembali pengiriman bantuan ke Gaza via udara pada Sabtu (26/7). Opsi yang dinilai mahal dan membahayakan warga Gaza. (Foto: REUTERS/Ramadan Abed)

Jakarta, CNN Indonesia --

Israel akhirnya membuka kembali pengiriman bantuan ke Jalur Gaza, Palestina, via udara pada Sabtu (26/7).

Hal itu disampaikan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kepada CNN, menyusul laporan sebelumnya mengenai rencana militer membuka kembali wilayah udara Gaza untuk mengirimkan bantuan.

Pengiriman bantuan ini sendiri dilakukan setelah masyarakat dan komunitas internasional kompak memprotes keras Israel karena membiarkan warga Gaza tewas karena kelaparan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, kematian akibat kekurangan gizi mencapai 101 orang, dengan 80 di antaranya merupakan anak-anak.

Data Kemenkes Gaza menyebutkan 900 ribu anak saat ini dilanda kelaparan, sementara 70 ribu lainnya menunjukkan gejala malnutrisi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah mencatat seluruh warga Gaza saat ini dilanda krisis pangan. Mereka tak lagi memiliki akses pada makanan yang cukup, bergizi, dan aman.

Seiring dengan pernyataan Israel, pada Minggu (27/7) dini hari, Al Jazeera melaporkan bahwa sejumlah kecil bantuan makanan telah dikirimkan dari udara ke area pengungsian warga di Gaza utara.

Kendati begitu, 11 orang terluka akibat paket bantuan yang jatuh langsung ke tenda warga.

Kelompok-kelompok internasional sejak awal telah mengkritik keputusan Israel mengirimkan bantuan melalui udara. Pasalnya, pengiriman semacam itu tak efektif karena mahal serta membahayakan keselamatan warga Gaza.

"Airdrop tidak bisa mengatasi kelaparan yang sudah sangat parah ini. Airdrop mahal, tidak efisien, dan bahkan bisa membunuh warga sipil yang kelaparan," kata Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, seperti dikutip CNN.

Menurut Lazzarini, alih-alih menerjunkan bantuan dari udara, militer Israel harusnya membuka jalur darat dan mengizinkan truk-truk bantuan masuk. Meski begitu, pengiriman via darat menurutnya tetap memerlukan jaminan pergerakan yang aman melalui koridor kemanusiaan.

Aksi genosida Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 59 ribu warga Palestina, serta melukai 143 ribu orang lainnya, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza. Mayoritas korban merupakan warga sipil perempuan dan anak-anak.

Meski begitu, jumlah korban tewas diperkirakan bisa lebih dari 61 ribu jiwa. Sebab, ribuan orang masih hilang di bawah reruntuhan bangunan yang digempur Israel dan diyakini telah meninggal dunia.

(blq/pta)

Read Entire Article
| | | |