Jakarta, CNN Indonesia --
Bagi Anda pecinta masakan Padang, nama ayam pop tentu sudah tak asing lagi. Di antara deretan menu bersantan dan kaya rempah, ayam pop justru tampil sederhana, nyaris pucat, bahkan terlihat tidak menggoda.
Namun jangan tertipu oleh penampilannya. Begitu suapan pertama menyentuh lidah, sensasi lembut dan gurih dari ayam pop akan langsung memikat hati.
Berbeda dari ayam goreng biasa, ayam pop biasanya disajikan tanpa kulit, berwarna putih pucat, dan memiliki tekstur daging yang empuk. Namun, satu hal yang kerap membuat orang penasaran, mengapa namanya 'ayam pop'?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama tersebut terdengar cukup modern dan seolah bukan berasal dari ranah kuliner Minang. Ternyata, ada kisah menarik di balik nama unik ini.
Bermula dari restoran keluarga di Bukittinggi
Sejarah ayam pop konon bermula dari sebuah restoran legendaris di Bukittinggi, Sumatera Barat. Namanya Restoran Family Benteng Indah. Restoran ini berdiri sejak era 1950-an dan dikenal sebagai tempat pertama yang menyajikan ayam pop.
Melansir berbagai sumber, konon resep ayam pop berasal dari sang pemilik restoran tersebut. Suatu hari, saat pesanan ayam goreng sedang membludak, sang pemilik mencoba membuat variasi ayam yang direbus lebih dahulu, lalu hanya digoreng sebentar.
Hasilnya adalah ayam dengan tekstur lembut, rasa gurih meresap, dan tampilan putih khas, yang kelak dikenal sebagai ayam pop.
Tapi, kenapa namanya harus 'ayam pop'?
Meski ayam pop kini dikenal luas, asal-usul nama "pop" sendiri masih menjadi teka-teki. Ada yang meyakini kata 'pop' ini mungkin merupakan singkatan dari 'populer'. Pasalnya, sejak pertama kali diperkenalkan, ayam ini memang langsung digemari banyak orang.
Tampilan putih dan lembut dari ayam pop memang berbeda dari ayam goreng khas Minang lainnya yang garing dan berkulit. Justru kesederhanaan tampilan ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi penikmat kuliner yang menghindari makanan berminyak.
Beberapa waktu lalu Suho EXO bersama Boy William 'mukbang' masakan Padang termasuk ayam pop. (Instagram @boywilliam17)
Ciri khas lain dari ayam pop adalah selalu disajikan tanpa kulit. Hal ini bukan sekadar kebetulan.
Di Sumatera Barat, ayam potong yang dijual di pasar tradisional biasanya sudah dalam kondisi tanpa kulit. Menguliti ayam sebelum dimasak sudah menjadi kebiasaan turun-temurun masyarakat Minang.
Akan tetapi, keunikan hidangan ini ada pada proses memasaknya. Ayam pop tetap direbus bersama kulitnya terlebih dahulu agar rasa ayam tetap gurih dan teksturnya tidak keras. Setelah direbus dalam air kelapa dan bumbu, barulah kulit ayam dilepaskan sebelum disajikan.
Air kelapa hukumnya wajib
Salah satu rahasia kelezatan ayam pop juga terletak pada penggunaan air kelapa saat merebus ayam. Air kelapa tidak hanya memberi rasa manis alami dan aroma sedap, tapi juga berperan sebagai bahan pengempuk daging.
Ilustrasi. Air kelapa jadi salah satu kunci kelezatan ayam pop. (Getty Images/iStockphoto/PitchyPix)
Hasilnya adalah ayam yang tidak hanya gurih, tapi juga lembut hingga ke tulangnya. Beberapa rumah makan bahkan menambahkan santan encer ke dalam rebusan untuk memperkaya rasa.
Setelah direbus hingga empuk, ayam digoreng sebentar untuk membuat bagian luar agak mengeras tanpa menjadi kering.
Meski digemari, ayam pop tidak selalu tersedia di setiap rumah makan Padang. Biasanya, sajian ini hanya bisa ditemukan di restoran tertentu yang menyajikan menu lengkap.
Keistimewaan proses memasaknya mungkin menjadi salah satu alasan mengapa ayam pop tidak sepopuler rendang dalam hal ketersediaan, meskipun dari sisi rasa, tidak kalah memikat.
(tis/els)