Jakarta, CNN Indonesia --
Upaya Bank Indonesia (BI) dalam mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Gorontalo naik kelas terus menunjukkan hasil nyata.
Melalui program pembinaan berkelanjutan, peningkatan kapasitas produksi, hingga fasilitasi akses pasar nasional maupun internasional, sejumlah UMKM binaan BI kini mampu memperluas pasar dan menembus peluang ekspor.
Salah satu UMKM yang merasakan dampak pendampingan tersebut adalah TIAR Handycraft yang dikelola Isnawati Ilahude Mohammad, dosen Seni Rupa & Desain Universitas Negeri Gorontalo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
TIAR Handycraft bermula dari kerajinan berbahan eceng gondok. Namun, pandemi membuat produksi sempat terhenti.
Tak ingin meninggalkan konsep keberlanjutan, Isna beralih ke teknik ecoprint yang kemudian ia padukan dengan karawo, wastra tradisional khas Gorontalo. Inovasi ini mendorong lahirnya produk eco-fashion.
"Pandemi sempat membuat usaha eceng gondok saya berhenti. Tapi saya ingin tetap konsisten pada konsep keberlanjutan, sehingga saya beralih ke ecoprint," ujar Isna.
Inovasi itu juga membuka jalan TIAR Handycraft lolos kurasi Business Matching di Dubai pada 2022, serta terpilih dalam program Women Lead MSMEs untuk penguatan kesiapan ekspor ke Australia.
Semua itu, kata Isna, bisa diraih berkat dukungan dan pendampingan yang dilakukan oleh BI Gorontalo. BI kata dia, selalu memberikan pendampingan intensif mulai dari pelatihan digital marketing, strategi pemasaran, kurasi produk, hingga fasilitasi pameran nasional.
Perkembangan usaha turut berimbas pada peningkatan omzet. TIAR Handycraft mencatat penjualan per bulan di kisaran Rp50-100 juta, bahkan pada pameran KKI tahun ini berhasil membukukan transaksi hingga Rp150 juta dalam empat hari.
Melihat perkembangan usaha, BI turut memperkuat kapasitas produksinya melalui dukungan alat seperti mesin jahit, instalasi pengolahan limbah (IPAL), hingga peralatan pengolahan kain.
"Dukungan Bank Indonesia sangat berarti, terutama kesempatan mengikuti pameran di luar daerah. Itu membuka banyak jaringan dan memperluas pasar," katanya.
Sementara untuk menjawab kebutuhan pasar yang lebih luas, Isna mengembangkan konsep Karawo Saset, yakni sulaman berukuran kecil yang lebih fleksibel dan terjangkau.
"Dengan ukuran lebih kecil, harganya menjadi lebih terjangkau dan mudah diaplikasikan ke beragam busana," jelasnya.
Adapun saat ini, TIAR Handycraft memberdayakan sekitar 100 perajin perempuan dari berbagai desa. Antara lain di Pulubala, Biluhu, Molalahu, Dulamayo, dan kawasan lain di Kabupaten dan Kota Gorontalo.
Menurut Isna, keberhasilan UMKM binaan BI tidak hanya bergantung pada kreativitas pelaku usahanya, tetapi juga konsistensi dukungan lembaga.
"Bank Indonesia selalu mendukung berdasarkan prestasi dan progres UMKM. Itu sangat memotivasi kami untuk terus berkembang," ujarnya.
Ia berharap pembinaan UMKM dapat terus dilanjutkan, terutama dalam memperkuat posisi wastra Gorontalo agar lebih modern, ringan, dan diterima generasi muda.
Risna Tamrin Hasan, pemilik Bilal Mekar Snack. (Foto: CNN Indonesia).
Cerita serupa datang dari pemilik Bilal Mekar Snack, Risna Tamrin Hasan yang sukses berkat menjadi UMKM binaan Bank Indonesia.
Risna bercerita, sukses membangun usahanya dan masuk menjadi binaan BI berawal dari kondisi ekonomi yang terdesak. Saat itu, tepatnya 2008, ia memulai usahanya berjualan kua cucur. Usaha itu jatuh bangun, bahkan sempat dua kali gulung tikar.
Titik balik terjadi pada 2015 ketika Risna memutuskan fokus mengolah potensi lokal Gorontalo, terutama ikan tuna, menjadi produk seperti panada tore, abon ikan, dan sambal sagela.
"Saya memilih bagaimana berusaha itu, yang terutama, bagaimana mengangkat potensi lokal," ujar Risna.
Kemudian, pada 2018, ia menjadi UMKM binaan BI Gorontalo. Melalui pendampingan menyeluruh yang meliputi penguatan mutu, legalitas usaha, desain kemasan, hingga pelatihan pemasaran digital, usahanya berkembang pesat.
Kini produknya telah masuk ke 70 gerai Indomaret di Gorontalo dan aktif dipasarkan di marketplace. Kapasitas produksi abon tuna pun mencapai 300-400 kilogram bahan baku per bulan.
Bahkan, Bilal Mekar Snack tengah mempersiapkan ekspor perdana ke Singapura setelah lolos kurasi business matching internasional.
BIGorontalo Perkuat PembinaanUMKM
Kepala Kantor Perwakilan BI Gorontalo, Bambang Satya Permana saat memperlihatkan wastra karawo khas Gorontalo milik salah satu UMKM binaan. (Foto: CNN Indonesia).
Kepala Kantor Perwakilan BI Gorontalo, Bambang Satya Permana saat memperlihatkan wastra karawo khas Gorontalo milik salah satu UMKM binaan. (Foto: CNN Indonesia)
Bank Indonesia (BI) Provinsi Gorontalo mengamini bahwa pihaknya terus mempertegas perannya dalam mendorong pelaku UMKM naik kelas dan berdaya saing global.
Upaya dilakukan melalui pembinaan terpadu, kurasi secara selektif, hingga penguatan pemasaran berbasis digital. Harapannya, UMKM lokal tak hanya berkembang di tingkat daerah, tetapi juga mampu menembus pasar nasional dan internasional.
Kepala Kantor Perwakilan BI Gorontalo, Bambang Satya Permana, mengatakan hingga saat ini terdapat 118 UMKM binaan yang mendapatkan pendampingan intensif. Meski jumlahnya belum besar, BI menekankan pembinaan yang berkualitas dan berorientasi pada pencapaian hasil.
"Kami memfokuskan kualitas dan pencapaian. Sehingga mereka nanti bisa menjadi contoh dan benchmarking bagi UMKM lain di Gorontalo," ujar Bambang saat ditemui di Galeri UMKM Olaku, Gorontalo.
Bambang menjelaskan, pembinaan tersebut mencakup tiga kelompok sektor utama. Pertama, wastra karawo, yaitu kerajinan sulam khas Gorontalo yang kini dikembangkan dalam bentuk produk yang lebih variatif seperti sepatu, tas, jersey, hingga aksesori.
Kedua, sektor olahan pangan yang diarahkan pada hilirisasi komoditas unggulan daerah seperti jagung, pisang, dan hasil perikanan termasuk tuna.
Ketiga, sektor kerajinan, khususnya pemanfaatan eceng gondok Danau Limboto yang diolah menjadi produk bernilai ekonomi, termasuk seni ukir karawo pada berbagai suvenir dan perlengkapan gaya hidup.
Selain itu, BI juga mendorong digitalisasi UMKM. Integrasi program ini diwujudkan melalui penerapan QRIS di berbagai gerai usaha, mulai dari pusat kuliner, pedagang kaki lima, hingga pasar tradisional.
Menurut Bambang, tren penggunaan QRIS di Gorontalo menunjukkan peningkatan positif, baik dari jumlah merchant yang terdaftar maupun volume transaksi yang dilakukan masyarakat.
Penguatan kapasitas UMKM ini juga menjadi bagian dari strategi mendorong perekonomian daerah yang inklusif dan berkelanjutan. Bambang menyebut lebih dari 80% UMKM binaan BI merupakan pelaku usaha perempuan, sehingga turut memperkuat pemberdayaan ekonomi perempuan di daerah.
"Kami ingin UMKM Gorontalo tidak hanya tumbuh, tetapi naik kelas, ramah lingkungan, digital, dan berdaya saing global," pungkasnya.
Untuk memperluas kesempatan, setiap tahun BI membuka pendaftaran bagi UMKM dari seluruh Gorontalo. Setelah itu dilakukan kurasi produk untuk menilai kualitas dan potensi pengembangan usaha.
Seleksi, kata Bambang, melibatkan kurator internal maupun eksternal agar hasilnya lebih objektif dan tepat sasaran. UMKM yang lolos kemudian masuk dalam program pembinaan berkelanjutan.
(inh)















































