Ray Dalio Singgung Trump, Hitler-Mussolini di Buku Negara Bangkrut

1 day ago 5

CNN Indonesia

Sabtu, 31 Mei 2025 14:30 WIB

Penasihat Danantara Ray Dalio menyinggung praktik fasisme yang dipakai Adolf Hitler saat memimpin Jerman dan Benito Mussolini bersama Italia. Penasihat Danantara Ray Dalio menyinggung praktik fasisme yang dipakai Adolf Hitler saat memimpin Jerman dan Benito Mussolini bersama Italia. (Foto: Instagram/@raydalio)

Jakarta, CNN Indonesia --

Penasihat Danantara Ray Dalio menyinggung praktik fasisme yang dipakai Adolf Hitler saat memimpin Jerman dan Benito Mussolini bersama Italia.

Ini dituangkan dalam buku barunya yang membahas tentang negara bangkrut imbas jebakan utang dan masalah struktural lain. Buku baru Dalio itu berjudul How Countries Go Broke: The Big Cycle.

Menurutnya, aksi Presiden AS Donald Trump belakangan ini tak jauh beda dengan gerakan kelompok sayap yang diasosiasikan sebagai fasisme.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika saya mengatakan bahwa kebijakan Presiden Trump untuk 'make America great again (MAGA)' sangat mirip dengan yang digunakan negara-negara berhaluan kanan garis keras pada 1930-an," jelasnya dalam buku tersebut, dikutip dari The Guardian, Sabtu (31/5).

Hitler dan Mussolini dikenal sebagai diktator selama memimpin Jerman maupun Italia. Kedua negara itu juga menderita utang berkepanjangan usai Perang Dunia I.

Dalio menyebut tindakan Trump seharusnya tak perlu menjadi kontroversi. Ia mencontohkan aksi serupa juga pernah dilakukan pendahulu Trump, yaitu Presiden Andrew Jackson dari sayap kanan dan Presiden Franklin D Roosevelt selaku kelompok kiri.

Walau demikian, Ray Dalio mengamini kebijakan-kebijakan Trump jauh lebih agresif ketimbang Jackson maupun Roosevelt.

"Kita lihat saja sejauh mana ia (Presiden Donald Trump) akan melakukannya," beber Dalio.

"Donald Trump mau mendikte daripada menggunakan pendekatan klasik 'kerja sama lintas partai' dalam memerintah. Pendekatan konfrontatif ini merupakan perpanjangan dari hebatnya konflik politik internal dalam beberapa dekade terakhir," analisis sang penulis.

Dalio mencatat para pemimpin agresif di masa konflik biasanya berniat melenyapkan oposisi. Di lain sisi, mereka membuat perubahan dalam hukum untuk mengambil alih kekuasaan serta menguasai media demi memproduksi propaganda pro-pemerintah.

Pendiri perusahaan investasi Bridgewater Associates itu juga mempertanyakan apakah sosok Trump merupakan cerminan demagog. Ini diartikan sebagai pemimpin yang pandai menghasut dan membangkitkan semangat rakyat untuk memperoleh kekuasaan.

"Pertanyaannya adalah apa saja kontrolnya dan sejauh mana Trump bakal memaksakan sesuatu? Tidak seperti CEO, presiden AS tidak punya dewan direksi," tandas Dalio.

Terlepas dari analisis Dalio tentang Trump yang dikaitkan dengan gaya kepemimpinan Hitler dan Mussolini, buku ini menjadi sorotan tersendiri. Pasalnya, buku tersebut dipamerkan di tengah isu pengunduran dirinya dari posisi Dewan Penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagatara Nusantara (Danantara).

Meski begitu, CEO Danantara Rosan Roeslani membantah kabar bahwa Ray Dalio mundur dari jajaran Dewan Penasihat. Ia mengaku baru bertemu tim Dalio beberapa minggu lalu dan pembicaraannya berjalan lancar.

(skt/asa)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |