Secangkir Kopi dan Keluh Kesah Jemaah Haji Asal Indonesia

6 hours ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Suhu udara kota Mina usai Ashar masih menunjukkan angka 42 derajat Celsius. Jalanan mulai dipenuhi jemaah dari berbagai negara berbondong-bondong menuju Jamarat untuk melempar Jumrah.

Beberapa jemaah haji Indonesia terlihat di antara kerumunan jemaah lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CNNIndonesia.com mengunjungi camp jemaah haji Indonesia yang berjarak sekitar satu kilometer dari tenda kami menginap yang difasiltasi kementerian media kerajaan Arab Saudi untuk sejumlah wartawan dari berbagai negara.

Suasana "Indonesia" sangat terasa begitu memasuki tenda jemaah. Sekelompok pria duduk bersila menyeruput kopi sembari berbincang dengan jemaah lainnya.

Banner nama kelompok rombongan haji terpampang di depan camp sebagai penanda untuk anggota kelompok agar mudah dicari.

Di sudut lainnya pasangan suami istri paruh baya menikmati mie instan yang disediakan panitia haji. Sementara, puluhan jemaah berdesakan mengambil es krim gratis yang dibagikan donatur.

Suasana camp jemaah haji Indonesia di kota Mina, Arab Saudi 8 Juni 2025. (CNN Indonesia/Safir Makki)Suasana camp jemaah haji Indonesia di kota Mina, Arab Saudi 8 Juni 2025. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Bahasa Jawa sebagai komunikasi sesama jemaah menandakan identitas "Indonesia" di Mina.

Jemaah haji yang berada di camp ini campuran dari berbagai daerah dan kloter seperti dari jawa timur, Lampung, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten. Semua berkumpul dalam satu kafilah untuk beberapa hari di Mina kemudian akan kembali ke Makkah usai pelaksanaan lempar jumrah.

Di dalam tenda yang dilengkapi AC kipas angin, puluhan jemaah berhimpitan istirahat; meluruskan badan, membaca Alquran, hingga menelpon sanak keluarga. Tenda yang cukup besar ini mampu menampung hingga sekitar 100 jemaah.

Salah satu jemaah haji dari Magetan, Embarkasi Surabaya Agus Mustofa saat ditemui di Rawaf Mina Indonesia (4) Kafilah 52 menceritakan pengalamannya, Ia menemani ibunya berangkat haji.

"Untuk fasilitas makanan dan minuman yang disediakan pihak penyelenggara haji tidak ada kekurangan, makanan minuman berlimpah, hanya saja yang perlu menjadi catatan pemerintah adalah kekacauan layanan transportasi bus yang tidak memadai untuk mengangkut jemaah haji dari Muzdalifah," kata Agus.

"Rombongan saya akhirnya memilih untuk berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina tengah malam karena tidak adanya kepastian bus berangkat dan kondisi lalu lintas menuju Muzdalifah padat. Dan bukan hanya rombongan kami saja banyak rombongan lain yang melakukan hal yang sama," imbuh Agus.

Di sisi lain, seorang jamaah haji asal Jember yang tak ingin disebutkan namanya mengaku ia terpisah kafilah camp dengan istrinya di Mina. Ia berharap panitia penyelenggara ibadah haji mampu menangani kendala-kendala seperti ini ke depannya.

Sebagian besar keluh kesah jemaah haji adalah masalah manajemen transportasi pengangkutan menuju ke Mina, pembagian kartu nusuk yang lama, serta tempat tidur di dalam tenda saat di Mina yang tidak cukup hingga mengakibatkan beberapa jemaah harus berbagi dengan jemaah lainnya.

Jelang magrib, antrean WC mengulur panjang. Para jemaah bersiap mandi dan mengambil wudhu untuk salat berjamaah di dalam tenda/camp masing-masing.

Sementara tenda/camp wanita disibukan dengan pendistribusian nasi kotak untuk makan malam beserta buah-buahan.

Terlihat Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) hilir mudik memeriksa kesehatan para lansia yang ada di dalam camp/tenda. Kecapekan, batu pilek banyak ditemui para jemaah lansia dengan kondisi cuaca yang panas menyengat di Mina.

(moh/dmi)

Read Entire Article
| | | |