CNN Indonesia
Kamis, 23 Okt 2025 13:42 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
PT Unilever Indonesia Tbk mengakui bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memberi tekanan terhadap biaya operasional dan harga bahan baku impor.
Namun, perusahaan memastikan telah menyiapkan berbagai strategi untuk menjaga stabilitas keuangan di tengah pelemahan rupiah yang masih berlanjut.
Direktur Keuangan Unilever Indonesia Neeraj Lal mengatakan pengaruh nilai tukar terhadap bisnis perusahaan datang dari dua sisi utama, yakni harga komoditas dan pergerakan valuta asing itu sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu komoditas dan nilai tukar. Sekitar 3 persen dari total biaya pokok penjualan kami terdampak secara langsung oleh harga komoditas, dan sekitar 30 persen terdampak secara tidak langsung karena fluktuasi nilai tukar," ujar Neeraj Lal dalam konferensi pers laporan kinerja keuangan kuartal III-2025, Kamis (23/10).
Ia menjelaskan meskipun Unilever tidak sepenuhnya kebal terhadap perubahan kurs, perusahaan memiliki sejumlah langkah antisipatif untuk menjaga kinerja tetap stabil.
"Kami memang tidak kebal terhadap perubahan nilai tukar. Tapi kami memiliki strategi untuk memastikan keberlanjutan bisnis dan memberikan waktu bagi kami untuk bereaksi terhadap pergerakan pasar," ujarnya.
Menurut Neeraj, strategi tersebut meliputi lindung nilai alami dari pendapatan ekspor, kontrak berjangka dengan pemasok, serta kerja sama dengan perbankan untuk menjalankan program lindung nilai (hedging). Langkah ini disebut penting agar bisnis memiliki kepastian dalam menghadapi gejolak pasar.
"Kami memiliki lindung nilai alami dari sebagian pendapatan ekspor, kontrak berjangka dengan pemasok, serta strategi hedging bersama bank. Semua ini kami lakukan agar ada kepastian bagi bisnis, sehingga kami punya waktu untuk mengambil langkah yang diperlukan ketika nilai tukar berubah," jelasnya.
Ia menambahkan Unilever memiliki kemampuan pengelolaan risiko yang kuat, baik melalui tim keuangan (treasury) maupun divisi pengadaan (procurement), yang berperan penting dalam mengendalikan dampak gejolak nilai tukar terhadap rantai pasok perusahaan.
"Kami memiliki kemampuan keuangan dan tim treasury yang kuat, termasuk dalam cara kami bekerja sama dengan ekosistem pemasok untuk menjalankan strategi lindung nilai yang efektif," tutur Neeraj.
Dengan strategi tersebut, pihaknya berharap dapat menjaga efisiensi dan keberlanjutan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi global, tanpa mengorbankan stabilitas operasional dan nilai bagi pemegang saham.
(del/agt)