Wamenperin Ungkap Masalah Industri Baja RI: Banjir Impor dan Mesin Tua

2 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan dua persoalan utama yang masih membelit industri baja nasional, yakni banjirnya produk impor dan mesin pabrik yang sudah berumur tua.

Kondisi tersebut membuat kapasitas produksi dalam negeri belum termanfaatkan optimal, sedangkan pasar baja nasional justru banyak diisi oleh produk luar.

"Gap antara konsumsi dan produksi baja nasional sangat besar. Gap ini diisi oleh produk impor sekitar 55 persen kebutuhan nasional dan mayoritas dari China," kata Faisol dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (10/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, saat ini tingkat pemanfaatan kapasitas produksi atau utilisasi industri baja nasional baru mencapai sekitar 52 persen sehingga banyak pabrik yang belum beroperasi secara penuh.

Situasi ini diperparah oleh keterbatasan teknologi dan peralatan produksi yang sebagian besar sudah usang dan belum ramah lingkungan. Akibatnya, kualitas baja lokal belum mampu menyaingi baja impor yang lebih murah di pasar.

Selain itu, sebagian besar produsen baja dalam negeri masih berfokus pada sektor konstruksi dan infrastruktur, padahal peluang besar juga terbuka di sektor otomotif, perkapalan, dan alat berat yang memerlukan baja dengan spesifikasi tinggi.

Untuk memperkuat industri baja nasional, pemerintah mendorong perusahaan asing agar berinvestasi langsung di Indonesia. Upaya ini diharapkan dapat menekan impor sekaligus memperluas pasar ekspor baja nasional.

"Kalau industri baja ingin masuk ke pasar dalam negeri, kami minta supaya mereka berinvestasi di Indonesia, bangun pabrik di sini sehingga mereka juga punya akses ke pasar domestik," kata Faisol.

Ia menambahkan minat investor terhadap sektor baja cukup tinggi. Sejumlah perusahaan dari Eropa, China, dan Vietnam telah menyatakan ketertarikan untuk menanamkan modal, termasuk melalui relokasi pabrik ke Indonesia.

Secara global, produksi baja Indonesia pada 2024 mencapai 18 juta ton, naik 110 persen dibanding 2019, menempatkan Indonesia di peringkat ke-14 dunia. Sementara itu, China masih menjadi produsen terbesar dengan pangsa produksi mencapai 53,3 persen dari total dunia.

Pemerintah juga telah menerapkan berbagai langkah untuk melindungi industri baja nasional, di antaranya melalui bea masuk anti-dumping (BMAD), standar nasional Indonesia (SNI) wajib, insentif fiskal, serta pengaturan impor bahan baku agar pasokan tetap terjaga tanpa menekan produsen lokal.

Hingga September 2025, ekspor baja dan turunannya tercatat mencapai 17,8 juta ton, sementara impor sebesar 11,9 juta ton, dengan surplus perdagangan sekitar 5,9 juta ton.

[Gambas:Video CNN]

(dhf)

Read Entire Article
| | | |